Bahan Makanan Pengaruhi Deflasi Kaltim September Kemarin

Bahan Makanan Pengaruhi Deflasi Kaltim September Kemarin

Balikpapan, DiswayKaltim.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat September 2019 terjadi deflasi sebesar -0,27 persen (Balikpapan dan Samarinda). Akumulasi sejak awal tahun 1,41 persen. Dan year-on-year sebesar 1,73 persen. Dari data BPS. Samarinda mengalami deflasi -0,46 persen dan Balikpapan -0,03 persen. Secara umum. Deflasi Kaltim dipengaruhi penurunan indeks harga di dua kelompok. Yaitu, bahan makanan dan kesehatan. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi -2,01 persen. Sementara kesehatan -0,06 persen. Kepala BPS Balikpapan Ahmad Zaini mengatakan. Meski lima kelompok lainnya mengalami inflasi. Dua kelompok tadi mampu menahan. Di Kota Minyak sendiri. Deflasi sepanjang September 0,03 persen. Inflasi kalender 2019 di Balikpapan tercatat 1,75 persen. Dan year-on-year (yoy) sebesar 1,94 persen. Untuk deflasi kelompok bahan makanan di Balikpapan sebesar -1,04 persen. Ketersediaan bahan makanan masih terbilang cukup. Sehingga beberapa komoditi harga cenderung stabil. Seperti daging ayam, ikan layang, ikan tongkol, cabai rawit dan tomat sayuran. "Walaupun ada yang naik di kelompok bahan makanan. Tapi komoditi ini memberikan andil cukup terhadap deflasi," sebut Ahmad Zaini. Ia menilai permintaan pasar terhadap komoditi harian ini tidak tinggi. Mengingat, tidak ada momentum yang mendorong konsumsi pasar meningkat. "Pasokan aman, demand normal-normal saja. Sehingga harga stabil," terangnya. Sementara komoditi dari kelompok sama yang mengalami kenaikan indeks harga. Yaitu, sawi hijau, kangkung, bayam, kacang panjang, dan ketimun. Zaini menilai ini ada hubungannya dengan musim kemarau. Kurangnya intensitas hujan berpengaruh pada jumlah produksi. "Meski demand-nya normal, tapi suplai berkurang, ya akan berpengaruh. Akan naik," kata dia. Dengan akumulasi naik dan turun dari kelompok bahan makanan. Masih bisa menyumbang deflasi -1,04 persen. Meski begitu. Zaini berharap kondisi cuaca akan berubah. Sehingga tidak lagi dibayangi inflasi akibat kenaikan indeks harga komoditi sayuran. "Hujannya belum rutin. Ini akan berpengaruh pada sayuran yang lebih membutuhkan air," katanya. Namun demikian, ia meyakini pemerintah akan berusaha mengontrol harga. Dengan memenuhi kebutuhan dari pasokan luar daerah. Sehingga ketersedian cukup. Kebutuhan terpenuhi dan harga cenderung stabil. "Meski pun naik, tidak signifikan," sebutnya. Sementara itu, Zaini mengatakan, perlu mewaspadai kondisi akhir tahun. Ada dua momentum besar. Yakni, Natal dan tahun baru. Permintaan bahan makanan diperkirakan akan naik. Juga kebutuhan komoditi dalam kelompok sandang. Akumulasi Natal dan tahun baru menjadi momentum naiknya harga barang dan jasa yang menyebabkan inflasi. "Semua pihak terkait yang berkepentingan seperti dinas perhubungan, pertanian, perdagangan, paling berkompeten untuk bisa memberikan ketersediaan barang yang cukup. Dalam arti distribusinya, alat trasnportasi lancar. Dan memastikan stok barang makanan dan lainnya," pungkasnya. (eny/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: