Indonesia Kian Dekat Jadi Raksasa Baterai

Indonesia Kian Dekat Jadi Raksasa Baterai

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan kembali membawa kabar baik bagi investor.

Erick mengungkapkan, kolaborasi perusahaan pelat merah dalam membentuk perusahaan raksasa baterai (EV battery) mobil listrik di Indonesia. Tiga BUMN akan menggandeng perusahaan dari luar negeri untuk membangun pabrik tersebut. Antara lain PT PLN (Persero), PT Inalum (Persero) dan PT Pertamina (Persero). Tiga BUMN ini akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID atau Inalum: ANTM dan TINS. Adapun MIND ID juga memiliki 20 persen saham PT Vale Indonesia (INCO) yang sudah diakuisisi tahun lalu. “Ada yang namanya EV battery. Bagaimana policy pemerintah supaya bisa jadi produsen selain jadi market, bisa dijaga salah satunya nikel. Tak mau dikirim ke luar negeri (dalam bentuk) raw material. Kami diberi kepercayaan. Di mana PLN, Inalum, Pertamina akan membuat perusahaan baterai nasional partner dengan CATL dan LG,” kata Erick dalam forum Economic Outlook 2021 yang dilansir CNBC Indonesia baru-baru ini. Sebelumnya, Kementerian BUMN memang tengah membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir. Perusahaan holding yang terdiri dari tiga BUMN antara lain MIND ID atau Inalum, termasuk di dalamnya Aneka Tambang, Pertamina, dan PLN ini ditargetkan bakal terbentuk pada semester 1 2021 ini. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri I BUMN, Pahala Nugraha Mansury. “Sudah ada diskusi empat badan usaha itu. Juga sudah ada diskusi awal dengan para calon mitra,” ungkapnya dalam BUMN Media Talk, EV Battery: Masa Depan Ekonomi Indonesia secara daring awal bulan lalu. Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan pada 2023 mendatang Indonesia akan memiliki rantai pasok industri baterai litium terintegrasi. Luhut menyebut target ini ditunjang dengan rencana investasi smelter nikel, tembaga dan industri turunannya di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Selain itu, menurutnya, di Weda Bay juga akan dibangun pabrik asam sulfat untuk memenuhi kebutuhan dari bahan baku baterai litium. “Di Weda Bay nanti akan diproduksi asam sulfat pada 2023 dan lithium battery. Pada 2023 global supply chain ada di Indonesia,” ungkapnya. Menurutnya, ada dua investor global yang akan berinvestasi di Indonesia: CATL asal China dan LG asal Korea Selatan. Yang akan berinvestasi di Indonesia. Kedua calon investor ini akan digaet untuk membangun pabrik baterai litium di Indonesia. “Ini yang kita mau ada dua. CATL untuk baterai. Kedua yaitu LG. Ini yang kita engage dari hulu ke hilir. Kita buat terintegrasi. Jadi, nickel ore ada smelternya dan turunannya,” tutur dia. Merespons sentimen tersebut, harga saham emiten tambang nikel naik cukup signifikan pada perdagangan Kamis lalu. Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham PT Timah Tbk (TINS) naik tipis 1,32 persen yakni Rp 2.310/saham pada Kamis lalu di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,62 persen di posisi 6.289. Saham anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum alias MIND ID ini ditransaksikan senilai Rp 289 miliar dengan volume perdagangan 123,60 juta saham. Dalam sebulan terakhir saham TINS melesat 18,46 persen dengan catatan jual bersih asing Rp 41 miliar. Saham anak usaha MIND ID lainnya, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), juga naik 1,72 persen di posisi Rp 2.960/saham. Dengan nilai transaksi terbesar mencapai Rp 1,03 triliun. Asing memborong saham Antam mencapai Rp 183 miliar dalam sehari dan sebulan asing masuk Rp 1,53 triliun. (cnbc/qn) Sumber: Langkah Maju RI Jadi Raja Baterai, Ini Kabar Baik dari Erick

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: