Nindia dan Jalannya Jadi Pebiliar Andalan Balikpapan
Balikpapan, nomorsatukaltim.com- Nasib memang selamanya akan jadi misteri. Tak ada yang tahu akan seperti apa dirinya di masa berbeda. Seperti halnya Nindia. Awalnya, dia hanyalah seorang pekerja di rumah biliar. Sebagai penyusun bola. Tapi kini, dia sudah masuk jajaran atlet biliar yang diperhitungkan. Bagaimana itu bisa terjadi?
Nindia bekerja di rumah biliar memang diniatkan untuk mencari kehidupan. Berharap gaji setiap bulan. Di hari kerja, dia dengan telaten menyusunkan bola pada kliennya. Menunggu mereka bermain. Lalu menyusunkan bola lagi. Seperti itu saja.
Tapi lama-lama, dia mulai tertarik memegang stik. Dia kira bermain biliar itu mudah. Karena itulah yang Nindia lihat ketika sedang bekerja. Ternyata saat coba menyodok stik ke bola. Meleset. Coba lagi. Meleset. Lebih fokus lagi. Bola keluar dari meja biliar. Duh!
Jadi aksi latihan tipis-tipis di sela pekerjaannya. Atau saat menunggu tamu datang untuk bermain biliar itu. Ditertawakan oleh rekan-rekannya.
Tapi Nindia easy going saja. Dia tidak menganggap tertawaan itu sebagai sebuah ejekan. Atau hal yang meremehkannya. Dia coba terus. Sampai melesetnya mulai jarang. Bola pun bisa masuk ke lubang ketimbang meluncur keluar meja. Lamban tapi pasti, Nindia mulai menguasai.
"Ya lama kelamaan bisa menyodok. Tapi sampai bisa mahirnya itu kira-kira setahun lah," ujar wanita 26 tahun itu.
Ternyata memang bermain biliar itu tidak mudah. Karena dari setiap sodokan. Ada perhitungan kekuatan, konsentrasi, dan ritme ketika mendorong stik.
Setelah mahir bermain biliar. Pemilik nama lengkap Nindia Fitria Marselia itu. Ingin mencoba skill yang dia punya di sebuah kejuaraan. Sudah sebagus apa progresnya. Sudah bisa betulan, atau jangan-jangan mahirnya dia hanya ada dipikirannya saja.
Akhirnya dari satu turnamen tingkat Kota Balikpapan. Ke turnamen lainnya. Nindia memang seperti yang dipikirkannya. Dia bisa dan mahir bermain biliar. Beberapa kejuaraan dia menangkan. Hingga akhirnya punya nama. Dan segalanya jadi sedikit lebih mudah baginya.
Nindia mulai dilirik oleh klub-klub lokal. Makin seringlah dia bermain di turnamen biliar yang memang sering diadakan oleh rumah-rumah biliar. Hingga akhirnya dilirik oleh Pengkot Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Balikpapan.
Tahun 2014, saat itu usianya 20 tahun. Nindia mencetak debut multi ajang pertamanya. Di Porprov Kaltim V. Yang diadakan di Samarinda. Tidak hanya sekadar jadi kontestan. Nindia langsung menyabet medali.
"Dapat perunggu ketika itu di kelas single bola delapan. Jadi termotivasi untuk meningkatkan kualitas bermain," ujarnya.
Pada Porprov VI Kaltim yang berlangsung di Kutai Timur 2018 lalu Nindi sebenarnya punya peluang meraih emas. Mengikuti dua kelas, bola delapan dan sembilan. Sayang bola sembilan yang ditargetkan bisa menyumbangkan medali justru tak terjatuh. Dia takluk di babak delapan besar. Sementara bola delapan meraih perunggu lagi.
"Itu momen yang tidak bisa dilupakan. Latihan berbulan-bulan, berjam-jam hanya bisa sampai delapan besar. Sempat down juga, untungnya bisa dapat perunggu di bola delapan," katanya.
Menjadi yang tidak diharapkan itu bagi Nindia sudah biasa. Toh tetap ada pelajaran dari sebuah kegagalan. Titik lemahnya sudah dia ketahui. Lalu perlahan diperbaiki. Ditingkatkan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: