Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Akan Turunkan Suku Bunga Acuan

Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Akan Turunkan Suku Bunga Acuan

Kepala Kantor Perwakilan BI Kaltim Tutuk SH Cahyono. (Mubin/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com – Bank Indonesia (BI) terus menurunkan suku bunga acuan sebagai respons lambannya pertumbuhan ekonomi global. Ini dilakukan demi menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bulan lalu suku bunga acuan BI sebesar 5,5 persen. Di akhir September ini menjadi 5,25 persen. Kebijakan serupa kemungkinan akan diambil BI. Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Perwakilan BI Kaltim, Tutuk SH Cahyono, Senin (30/9/2019). “Ketika suku bunga acuan kita turun, tidak secara otomatis. Riset membuktikan di BI itu, sekian triwulan berikut baru turun. Dampaknya yang pertama itu deposito dulu dong,” jelasnya. Kata dia setelah BI rate turun, operasional kebijakan moneter juga akan diturunkan. Ini pula alasan yang membuat deposito perbankan akan ikut turun. “Perlu waktu deposito untuk turun. Setelah itu baru masuk ke kreditnya. Tetapi bagi bank-bank yang sudah memiliki likuiditas yang cukup banyak, mereka harus mulai menurunkan (suku bunga, red.),” imbuhnya. Bank akan menurunkan suku bunga setelah melihat likuiditas. Jika likuiditasnya baik, maka pihak bank akan menurunkan suku bunga deposito dan kredit. “Bank-bank yang sudah gede, itu pasti akan otomatis tidak membutuhkan dana banyak lagi. Justru waktunya kasih kredit yang banyak. Kalau mau ngasih kredit yang banyak dari mana? Hukum alamnya adalah harus turunkan dulu suku bunga kreditnya,” sarannya. Itu pula yang dipertimbangkan BI. Penurunan suku bunga acuan dilakukan setelah pihaknya melihat likuiditas seluruh bank di Indonesia. Setelah kebijakan tersebut dikeluarkan Bank Sentral, kantor perwakilan BI di daerah akan mengikutinya. Tetapi semua aspek akan dipertimbangkan. Sebelum suku bunga dilonggarkan. Di antaranya perekonomian global, perekonomian dalam negeri, capital inflow, dan capital outflow. Apabila BI tak mempertimbangkan semua hal, maka akan terjadi capital outflow. Pemodal akan menarik uangnya ke luar negeri. “Orang asing yang tadinya percaya kepada ekonomi kita, enggak percaya lagi. Suku bunganya terlalu murah. Mereka akan lari ke negara lain. Kalau lari, rupiah akan anjlok. Depresiasi. Siapa yang rugi? Kan kita semuanya,” jelas Tutuk. (qn/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: