Kaltim Silent Diprotes, UMKM Tak Tahan Lagi, Mereka Pilih Buka

Kaltim Silent Diprotes, UMKM Tak Tahan Lagi, Mereka Pilih Buka

Bontang, nomorsatukaltim.com – Kaltim senyap diproters ramai-ramai. Media sosial, masyarakat hingga wakil rakyat keberatan dengan kebijakan ini.

Di Bontang, kebijakan ini bertahan sehari saja. Sabtu (6/2) lalu ramai-ramai pengusaha kecil tutup. Jalanan lengang. Hari ke-2, Minggu (7/2) diam-diam pelaku usaha tak tahan. Mereka gerah. Surat edaran agar menutup usahanya tak diindahkan. Tempat usaha mulai buka. Tapi layanan hanya untuk take away saja. Di dalam edaran Pemkot Bontang Jumat (5/2) lalu, usaha apa pun wajib tutup. Hanya usaha skala makro saja diperbolehkan operasi. Yang masuk dalam objek vital nasional.  Usaha Kecil Menengah (UKM) dilarang. Padahal serapan tenaga kerjanya paling tinggi di Bontang. Pelaku usaha kecil protes. Peran mereka vital di Bontang. Komunitas Kopinicus, asosiasi yang mewadahi para barista dan pemilin coffee shop diantaranya. "Ini sih namanya membunuh perlahan. Sudab diterapkan PPKM. Tambah lagi lock down akhir pekan. Justru diakhir pekan itu pengunjung ramai," kata M Fadlan, pengelola kedai kopi di Jalan DI Padjaitan, Minggu (7/2/2021). Di hari kedua Kaltim Senyap kemarin, ia dan rekan-rekan sejawatnya diam-diam buka. Walau pun hanya layanan antar saja. Setidaknya tak merugi. "Sehari tutup saja kami kehilangan pendapatan Rp 3 juta, kalau 2 hari ya Rp 6 juta. Kalau minus, gaji karyawan kaya apa," tandasnya. Ketua DPRD Bontang Andi Faizal Sofyan Hasdam juga berpendapat senada. Harusnya jangan ditutup selama akhir pekan. Toh PPKM masih berlangsung di Bontang.  "Kasihan sebenarnya UKM itu. Sudah dibatasi saat PPKM giliran akhir pekan tutup," ujarnya. Sebenarnya ia sudah menolak sedari awal penutupan usaha kecil saat akhir pekan. Justru ia mendorong agar warung makan dan sejenisnya tetap buka. Tapi hanya melayani pesan antar saja. "Toh kan bisa tetap hidup. Ojol juga masih bisa narik," ungkapnya. Dosen Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah menilai gubernur terlalu gegabah dengan intruksi lock down nya itu.  Tanpa pikir panjang tiba-tiba menerbitkan intruksi Kaltim Senyap. Walhasil, saat diterapkan banyak kegaduhan. Mulai dari panic buying hingga penolakan di lapangan. Castro, sapaan akrabnya, menyebut ada dua akar permasalahan dari Kaltim Senyap itu. Pertama, regulasinya tak jelas. Belum tuntas dibahas ujug-ujug diterbitkan.  "Tidak rigid atau tidak detail. Apa yang dimaksud dengan aktivitas di luar rumah dan apakah ada pengecualian terhadap itu? ini saja belum dibahas jelas," ungkapnya. Kemudian, waktu penerbitan intruksi ini terlalu mendadak. "Saya pikir ini memang kebijakan yang cenderung terburu-buru, terlepas maksud dan tujuannya baik untuk menghentikan persebaran pandemi," ujarnya. (wal/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: