Trail ala Kaliorang, Menjelajah hingga Kaki Sekerat
Kutim, nomorsatukaltim.com - Hobi motor trail rupanya tak hanya digilai oleh orang yang tinggal di perkotaan. Di mana mereka mencari tantangan hingga ke pelosok nan jauh. Untuk mencari tantangan. Melewati jalan bebatuan, becek, tak ada ojeg –eh. Di hutan, perkebunan, ataupun pegunungan. Demi memuaskan hasrat yang tak bisa disalurkan di jalan perkotaan. Nyatanya, di pedesaan. Kegiatan ini cukup populer juga.
Seperti yang dilakukan oleh penggiat motor trail di Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur ini. Belasan orang tergabung di grup trail tanpa nama. Yang memang bagi mereka nama tidak terlalu penting. Sekali dalam seminggu rutin melakukan trail terabas.
Sekilas ada yang menarik. Karena dalam keseharian saja. Mereka sudah harus melalui jalanan yang masih menyerupai trek trail. Penuh lubang, becek jika hujan. Sehingga rasa-rasanya. Mereka tidak perlu untuk menjelajah rimba untuk mencari jalan tak lazim untuk bermotoran.Karena kondisi jalan di sebagian besar wilayah Kaliorang memang masih dalam kategori buruk.
Kelompok trail ini diisi oleh orang-orang lintas profesi. Ada yang anggota Polri, aparatur pemerintahan, peternak kambing, mekanik bengkel, bos kontraktor tambang, pengusaha wallet, sampai petani.
Dikatakan Anjar Widiyantoro, salah satu anggota grup trail itu. Mereka memiliki trek khusus untuk ditaklukkan tiap pekannya. Mengambil lokasi di kaki Gunung Sekerat. Daerah Muara Selangkau – Pantai Jepu-Jepu. Yang sebagian kawasannya akan dibangun pabrik semen itu.
Jalurnya mereka buat sendiri. Bukan jalan umum warga. Mereka pilih trek memanjat karena merasa lebih menantang. Sulit buat ditaklukkan.
“Bisa saja kami ngetrail di jalan desa. Tapi kami juga memikirkan persepsi masyarakat. Nanti dikira urak-urakan. Makanya kami bikin jalur sendiri,” kata Anjar belum lama ini.
Hobi motor trail ini sendiri tergolong mahal untuk kalangan menengah ke bawah. Karena bukan hanya harus punya sepeda motor trail saja. Tapi perlengkapan lain seperti baju khusus, sepatu, hingga helm harus memadai. Karena jika dilakukan asal-asalan, bisa berisiko fatal buat keselamatan. Belum lagi biaya perawatan motornya. Wuih.
“Kalau dipikir-pikir. Secara materi memang rugi sih. Karena modalnya sangat besar. Tapi namanya hobi. Apalagi kalau bisa menaklukkan trek. Itu loss banget. Gak bisa dibayar dengan nominal berapa pun. Bikin nagih lagi. Pengen nyoba lagi di kesempatan lain,” ungkapnya lagi.
Lalu apakah bermain motor trail menjadikan mereka dipandang keren? Anjar bilang, tidak. Sama sekali tidak ada prestisnya di kampung mereka. Sudah dianggap biasa saja. Malah kalah beken ketimbang kelompok super moto, yang juga mulai digandrungi pemuda Kaliorang.
Kegiatan ngetrail ini dipastikannya hanya sebatas hobi saja. Tidak ada niatan anggotanya untuk menjadi crosser profesional. Bahkan sampai lebih setahun mereka melakukan kegiatan ini. Tak pernah terpikirkan untuk menggelar kejuaraan.
“Paling kami ikut event ngetrail bersama saja. Di kecamatan lain atau di Sangatta. Memang tidak ada jiwa-jiwa kompetisi. Melakukan ini untuk dinikmati saja,” pungkas sarjana informatika yang memilih jadi pekebun sawit itu. (bct/ava)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: