Mengenal Alexander Loho, Juara 1 Sayembara Motif Batik Buaq Laraan

Mengenal Alexander Loho, Juara 1 Sayembara Motif Batik Buaq Laraan

Ini sekelumit kisah singkat Alexander Loho. Pemuda kelahiran 11 Juli 1992. Dia berhasil menyabet Juara I sebagai pemenang Sayembara Desain Motif Batik Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) Desember tahun lalu.

---------------

SAYEMBARA itu dilaksanakan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Mahulu. Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Mahulu.

Awalnya Alexander Loho hanya coba-coba mengikuti sayembara itu. Kisahnya dimulai tahun lalu. Ketika ia sedang di tempat pekerjaannya. Tiba-tiba didatangi seorang teman. Alexander ditawari mengikuti sayembara desain motif batik Kabupaten Mahakam Ulu.

Alexander Loho

Sebenarnya dia ragu dengan tawaran itu. Karena belum pernah ikut lomba serupa sebelumnya. Namun semangat jiwanya berkata, harus ikut. Karena keseharian pemuda yang sempat duduk di semester 4 Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda tersebut, sebagai pemahat ukiran Dayak.

“Saya belum pernah ikut lomba seni rupa. Tetapi kalau ukir, saya hari-hari bekerja sebagai pengukir,” urai Alexander kepada Harian Disway Kalim dan nomorsatukaltim.com di Ujoh Bilang, Rabu (12/1).

Selama kuliah di Unmul, Ia menjadi anggota divisi musik Sanggar Seni Apolagan. Kemudian bergabung dengan sejumlah teater seni.

Kini, hampir setiap hari membantu membuatkan properti ukiran untuk hiasan rumah. Membuat topeng Hudoq serta alat musik tradisional bagi masyarakat di Ujoh Bilang dan sekitarnya. Ia juga pernah bekerja menjadi pegawai honorer di Dinas Pariwisata Mahulu sejak 2015 hingga 2019 lalu.

“Saat desain saya serahkan ke panitia, enggak menyangka menjadi juara I. Nama motif batik saya yaitu Ukiran Buaq Laraan,” beber Alexander.

Ia jelaskan, Buaq Laraan itu buah dari pohon kayu jenis keluarga keruing. Adanya di pedalaman Sungai Mahakam. Pohon laraan biasaya tumbuh menjulang merata condong ke sungai. Yaitu jenis Dipterocarpus Elongatus Korth atau buah berbaling-baling. Jika buah laraan jatuh, beterbangan ke mana-mana.

“Saya mengambil referensi dari buah pohon laraan. Kaitannya erat dengan masyarakat lokal. Ketika pohon laraan berbuah, menjadi makanan lezat bagi ikan-ikan di Sungai Mahakam”.

Bagi masyarakat Dayak zaman dahulu, pohon laraan menjadi pelindung. Saat akan mandi atau berada di tepi sungai, pohon itu melindungi dari sinar matahari, karena rindang.

“Bagian gambar dan bentuk buah laraan saya gabungkan dan aplikasikan dalam pola menjadi satu ukiran motif Batik Buaq Laraan,” ungkap Alexander.

Dia menyebut background Kabupaten Mahulu adalah alam. Sehingga motif Batik Buaq Laraan mengampanyekan pelestarian alam Mahulu sebagai Heart of Borneo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: