Gawat, 34 Hektare Lahan di IKN Terbakar

Gawat, 34 Hektare Lahan di IKN Terbakar

PENAJAM, nomorsatukaltim.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat 34 hektare lahan hutan di wilayah itu musnah dilalap api. Peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2020 itu, menimpa Kecamatan PPU dan calon pusat pemerintahan ibu kota negara (IKN) baru, Sepaku.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD PPU Nurlaila menjelaskan, kebakaran yang melanda kawasan hutan dan lahan terjadi berulang kali. Di PPU total ada 15 kali kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menghanguskan 33,04 hektare. Satu kejadian di  Sepaku memusnahkan 1 hektare lahan hutan. Data itu disampaikan BPBD saat merilis penanganan bencana selama setahun. “Berbagai upaya kami lakukan untuk mencegah karhutla, seperti meminta masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar,” kata Nurlaila, Jumat (18/12/2020). Nurlaila mengatakan, ada 112 kejadian bencana yang ditangani tahun ini. Kejadian itu di antaranya karhutla, kebakaran, banjir dan puting beliung (angin puyuh). Lalu ada pemantauan titik api (hotspot), evakuasi mayat, pencarian orang hilang atau search and rescue (SAR), dan kecelakaan laut. Bencana-bencana itu, kata Nurlaila, sudah umum terjadi, di Benuo Taka. Untuk bencana lain, seperti longsor dan gempa bumi nyaris jarang. "Yang paling sering kita tangani di sini kalau tidak banjir, ya kebakaran lahan," kata dia. Dua kejadian itu bisa dibilang rutin terjadinya. Terkadang bisa ditebak pula kapan datangnya. Saat musim hujan, biasanya ya banjir. Sebaliknya, saat musim panas Karhutla yang terjadi. Ada 12 kali bencana banjir yang terjadi. Untuk karhutla, ada 16 kali kejadian. Juga 16 kali kejadian kebakaran bangunan. Jumlah angka itu tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, 2019. Untuk kecamatan yang sering terjadi kebakaran ialah Penajam. Ada 23 kali. 15 kali karhutla dan 8 kali kebakaran bangunan. Untuk di kecamatan calon pusat pemerintahan IKN, Sepaku, ada 6 kali kebakaran bangunan dan hanya satu kali karhutla. Tapi menyebabkan terbakarnya lahan seluas 1 hektare (ha). Sementara, di dua kecamatan lainnya, Babulu dan Waru, tak ada karhutla. Babulu hanya dua kali kejadian kebakaran bangunan. Untuk hotspot atau titik api, ada 51 kali terpantau aplikasi di sepanjang tahun. Namun setelah ditangani, tak semua itu terjadi kebakaran. Tim pemantau api sering tertipu. "Begitu tim ke lapangan, ternyata atap rumah warga. Karena cuaca terik, panasnya terpantul oleh atap rumah yang berbahan seng," jelas dia. Selain itu, petugas juga sering tertipu oleh adanya area flare PT PHKT. Biasanya di lokasi obor pembakaran minyak atau gas buang perusahaan. Untuk banjir, mendominasi di 4 kecamatan. Penajam 5 kali, Waru 2 kali, Babulu 2 kali dan Sepaku 3 kali. Jujur saja, kelemahan yang masih terjadi ialah mitigasi bencana. Untuk meminimalisasi kejadian-kejadian itu. Program sudah ada. Tapi, masih ada kekurangan peralatan dan sinergitas antar lembaga. Selebihnya, masih ada penyesuaian di berbagai bidang di BPBD PPU. Usai beberapa mutasi yang terjadi di lingkungan pemerintahan PPU. Namun, beberapa program sudah berjalan. Seperti normalisasi sungai untuk pengendalian banjir. BPBD PPU yang sediakan data lokusnya. Dikerjakan oleh Dinas PUPR PPU. (rsy/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: