Akhir Tahun, Waspada Uang Palsu
Baru saja terungkap peredaran uang palsu yang melibatkan sepasang suami istri. Dalam kurun waktu dua hari, ada laporan dari tiga korban yang tertipu uang palsu. Para pelakunya dipastikan berbeda, namun motif yang digunakan nyaris serupa.
nomorsatukaltim.com - HAL tersebut diungkapkan Ketua Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Pelita, Marno Mukti ketika dikonfirmasi Minggu (20/12/2020) sore. Marno mengatakan, ketiga korban penipuan uang palsu itu telah melaporkan peristiwa tidak mengenakan tersebut ke komunitas relawan polisi yang dipimpinnya. "Mereka laporan ke FKPM, lalu kami arahkan untuk membuat laporannya ke Polsek Samarinda Ulu. Ada tiga kali laporan upal (uang palsu). Yang terakhir cewek, kejadiannya di Jalan Suryanata," ungkapnya. Disampaikannya, korban upal yang pertama ialah seorang pedagang kue di kawasan Jalan Lumba-lumba, Kelurahan Selili, Kamis (17/12/2020), pukul 23.00 Wita. Kala itu, korban didatangi oleh dua orang pelaku, dengan berpura-pura membeli kue. Pelaku membayar korban dengan pecahan uang Rp 100 ribu. Karena kondisi malam hari, korban tidak mengecek uang yang diberikan. Namun baru tersadar kalau uang tersebut palsu keesokan harinya. "Pelakunya cewek-cowok muda. Kemarin Polsek Sungai Pinang ada ungkap kasus upal. Pelakunya kebetulan suami istri. Saat korban kami temukan sama pelaku (pasutri) ini, korban bilang bukan orang itu pelakunya," ucapnya. Korban peredaran uang palsu turut dialami oleh seorang pria, yang kala itu hendak menjual dua unit ponsel miliknya. Singkatnya, melalui internet, korban saling berkomunikasi dengan pelaku. Mereka lalu membuat kesepakatan pertemuan guna melakukan transaksi jual-beli ponsel. Pertemuan tersebut berlangsung di Jalan Siradj Salman, Kecamatan Samarinda Ulu, Jumat (18/12/2020) pukul 24.00 Wita. Di pinggir jalan itu, korban memperlihatkan dua ponsel yang akan dijualnya kepada pelaku. Transaksi tersebut berlangsung begitu cepat, meski tanpa melihat dahulu fisik ponselnya. Pelaku langsung menyatakan sepakat untuk membeli ponsel tersebut. "Lalu si korban menyerahkan dua unit HP itu kepada pelaku. Saat itu pelakunya di atas motor dengan kondisi mesin motor menyala," ucapnya. Setelah ponsel diserahkan, pelaku lalu memberikan uang terlipat ke genggaman korban. Tanpa basa-basi pelaku lantas pergi. Setelah pelaku jauh dari pandangan, korban baru mengecek uang yang diserahkan. Alangkah terkejutnya korban, bukannya uang yang diterima, melainkan beberapa potong kertas yang digambar seperti uang yang diberikan pelaku. "Baru lihatnya uang palsu saat pelakunya kabur. Saat uangnya dilihat di genggaman, sekalinya cuma uang hasil gambar saja," kata Marno. Korban terakhir, ialah seorang mahasiswi yang hendak menjual printer. Sama dengan korban kedua, ia lebih dahulu menawarkan printer melalui media sosial. Hingga akhirnya ia dihubungi oleh seorang pria yang mengaku berniat untuk membeli. Singkatnya terjadilah janji pertemuan transaksi di sekitar simpang empat Jalan Suryanata, Kecamatan Samarinda Ulu, Sabtu (19/12/2020) pukul 23.00 Wita. Setibanya di lokasi pertemuan, korban langsung menyerahkan printer. Lalu pelaku menyerahkan segepok uang yang terbungkus amplop cokelat. Karena sedang turun hujan, setelah transaksi korban langsung pergi meninggalkan pelaku. "Setelah terima uang, salahnya itu korban tidak mengecek. Tapi langsung ditinggal pergi. Begitu di tengah jalan pulang, korban ini baru ngecek. Setelah diraba-raba kok uangnya halus, curiga dia kalau uangnya itu palsu. Dicek uangnya memang palsu, totalnya Rp 1,8 juta. Kemudian kembali lah si korban ini ke lokasi pertemuan. Ternyata pelaku sudah kabur," terang Marno. Akibat kejadian itu, ketiga korban melaporkannya ke FKPM Pelita. Lanjut Marno mengatakan, untuk kejadian terakhir, uang palsu yang diterima korban berupa uang dalam pecahan Rp 50 ribu. "Upalnya pecahan Rp 50 ribu, terasa lebih halus, dicetak menggunakan printer, untuk warna agak mirip-mirip. Kemudian benangnya juga halus, kalau yang asli kan timbul. Pelakunya satu orang pria, ciri-ciri orangnya tidak tidak tinggi dan berkumis tipis," ungkapnya. "Untuk pelaku uang bergambar itu, orangnya agak gemuk-gemuk. Kami ada foto pelakunya satu orang. Kasusnya sama, si korban tidak ngecek juga. Si korban COD (cash on delivery) dengan pelaku di Jalan Siradj Salman pukul 24.00 Wita," sambungnya. Dipastikan, peritiwa tak mengenakan itu bisa terjadi akibat kurang kehati-hatiannya para korban. "Semua kesalahan korban karena tidak mengecek uangnya, kemudian COD di tengah malam. Karena kalau COD tengah malam pasti ada indikasi hal yang tidak benar," kuncinya. Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Yuliansyah mengatakan, pihaknya belum menerima laporan penyebaran uang palsu tersebut hingga saat ini. "Belum ada satupun yang melaporkan. Yang terungkap baru satu, itu di Polsek Sungai Pinang," ucapnya saat dikonfirmasi media ini. Dalam kesempatan itu, Yuli menyampaikan, setiap menjelang akhir tahun dan perayaan hari besar, penyebaran upal memang marak terjadi. Sepanjang tahun ini, Polresta Samarinda baru mengungkap kasus peredaran upal sebanyak dua kasus. "Untuk akhir tahun ini memang banyak beredar, sehingga polisi mengimbangi dengan pengungkapan. Dan ke depannya akan terus dilakukan, terhadap para pelaku pembuat maupun pengedar uang palsu ini," ungkapnya. Selain itu, ia meminta kepada korban agar melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Ia pun turut mengimbau kepada masyarakat agar lebih waspada, terhadap maraknya peredaran upal. "Ya, dengan banyaknya kejadian ini masyarakat harus lebih waspada lagi, dengan melakukan pengecekan uang tersebut," tandasnya. (aaa/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: