Jadi Polisi Merangkap Motivator Usaha, Thoni: Kalau Perut Kenyang, Situasi Aman
PPU, nomorsatukaltim.com – Menjadi aparatur kepolisian dan bertugas di desa tak pernah disesali oleh Brigpol Ahmad Fathoni. Seorang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Desa Sukomulyo. Yang sejak 2015 ia ditugaskan di situ.
Selain penjaga ketertiban, laki-laki kelahiran Tuban, Jatim 10 Januari 1979 ini melakukan banyak hal positif di luar agenda kepolisiannya. Ahmad Fathoni kini dikenal sebagai motivator usaha desa. Bagaimana tidak. Ia diajak langsung oleh aparatur desa untuk mengembangkan usaha-usaha kelompok masyarakat bahkan BUMDes yang ada di sana.
Awalnya selama di sana, ia menyadari banyak potensi desa di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) ini. Desa itu makin hari memang makin berkembang pesat. Tak heran, kawasan ini telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Ibu Kota Negara (IKN) baru.
"Tapi saya lihat kok berkembangnya ini biasa saja, datar-datar saja. Orang berkebun saja, sementara ada potensi di wilayah sini yang jika dikembangkan bisa menjadi lahan ekonomi yang luar biasa," tuturnya mengenang masa awalnya tergugah membuat gebrakan.
Langkah Thoni sebagai penggerak desa ini dipicu atas dua hal. Pertama karena banyaknya potensi yang belum tergarap. Yang kedua adalah untuk menyambut pindahnya IKN ke Sepaku. Yang dipastikan juga berdampingan pada meningkatnya kebutuhan pangan.
"Itu yang saya pikirkan juga, IKN. Kebutuhan pangan akan semakin tinggi. Jangan sampai kita menjadi penonton. Bahkan untuk makan saja kita harus beli. Ikan beli. Sayur beli," ujarnya.
Dari situlah ia berusaha untuk menggali potensinya. Sampai kemudian tercetus keinginan untuk menggerakkan warga memanfaatkan potensi ekonomi lokal. Ia yakinkan masyarakat pelan-pelan, dan akhirnya saat ini sudah mulai berjalan.
Antara lain membuat embung yang bisa digunakan untuk kolam ikan. Ada lahan kosong yang akhirnya ditanami palawija. Lalu ada pekarangan masyarakat yang disulap menjadi lahan hidroponik.
Semua usaha itu, Thoni lah motornya. Ia menuturkan susah-susah gampang dalam melakukannya. Ia harus mempelajari dulu karakter, kebiasaan masyarakat. Setelah tahu, barulah ia cari formulasi agar dapat menyentuh lebih dalam.
"Dan itu perlu pembelajaran yang mesti serius menjalani prosesnya," sebutnya.
Sebenarnya, apa yang ia lakukan ini di luar dari tupoksi dalam bertugas. Yakni menjaga ketertiban masyarakat desa. Tapi ada satu poin yang masuk dalam kerjanya, meski tidak secara langsung. Yaitu pemberdayaan masyarakat.
"Kita hanya pembinaan keamanan. Tapi tidak ada salahnya kita mengajak ke hal yang positif untuk masyarakat. Lagi pula, kalau perutnya kenyang, pasti lingkungan akan aman. Tujuannya secara tidak langsung seperti itu," urainya.
Keterampilan-keterampilan dalam budidaya itu sebenarnya tak ia dapatkan dari pendidikan khusus. Melainkan dipelajari secara otodidak. Terkadang belajar mandiri melalui internet.
Kemampuan inilah yang kemudian ditularkan kepada warga. Alasannya ya karena ia memiliki keinginan untuk maju bersama warga. Sehingga sejumlah keterampilan yang ia miliki pun diharapkan bisa diaplikasikan warga setempat untuk mendongkrak ekonomi lokal secara luas.
Keterampilan Thoni bukan hanya beternak ikan, tapi juga membuat pupuk organik dan berkebun sayur dengan cara hidroponik, bahkan ia telah memiliki green house hidroponik di depan dan belakang rumahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: