Toilet Pasar Petung Sudah Aktif Lagi

Toilet Pasar Petung Sudah Aktif Lagi

PPU, nomorsatukaltim.com – Kondisi toilet di Pasar Petung sudah kembali normal. Usai sebelumnya salah satu toilet di dekat lapak ikan mengalami kerusakan total bertahun-tahun. Tidak diketahui secara persis berapa lama toilet tersebut disfungsi. Pedagang sekitar situ saja sampai lupa. Saking lamanya.

Saat awal dioperasikan tahun 2008 lalu. Pasar Petung sebenarnya membuat 3 toilet di tempat berbeda. Kondisinya bagus walau hanya toilet ala kadarnya. Khas pasar tradisional. Ada petugas tak resmi yang menjaga di dekat kotak kecil. Tempat siapa pun yang menggunakan toilet itu harus membayar sejumlah tarif.

Sesekali petugas toilet ini memeriksa bilik toilet. Memastikan aliran air lancar. Dan toilet tetap dalam keadaan bersih. Kalau bagian lantai penuh tanah dan lubang WC masih berbau. Petugas itu langsung menyiramnya. Membuat toilet kembali layak digunakan.

Tapi entah sejak tahun berapa. Toilet di dekat lapak ikan itu tidak berfungsi. WC mampet. Air tidak mengalir. Banyak sampah berserakan. Berbau pesing. Karena orang yang sudah kadung kebelet, tapi zonk karena toilet disfungsi. Dan tetap buang hajat.

Berdasar pengkauan pedagang sekitar. Sudah beberapa bulan terakhir toilet tersebut kembali aktif. Dan kini ditulisi ‘WC AKTIF’ menggunakan cat seadanya. Meski ada tiga toilet di pasar yang dikelola swasta ini. Toilet di dekat lapak ikan itu yang paling sering dikunjungi. Karena memang area ikan dan sayur yang paling sering dikunjungi pembeli.

"WC ini sudah bagus. Sudah bisa dipakai," kata salah satu pedagang ikan laut, Doli, Senin, 14 Desember 2020.

Awak Nomorsatu Kaltim memastikan langsung keberadaan toilet itu saat ini. Ternyata memang sudah berfungsi baik. Ada dua kloset yang bisa digunakan. Yang satu berada di satu ruangan tertutup, dengan pintu. Ukurannya sekira 1,5 meter x 3 meter. Untuk yang satu lagi ini terbuka, tanpa pintu.

Ada biaya yang harus dikeluarkan bagi yang ingin menggunakan. Buang air kecil (bak): Rp 2.000, buang air besar (bab): Rp 3.000 dan mandi: Rp 5.000. Tapi karena tidak ada yang menjaga, tak jarang WC digunakan secara sukarela. Ada boks dengan lubang memasukkan uang di ujung pintu.

Pelapak di area ikan dan sayur kini bersyukur sekali toilet itu bisa digunakan kembali. Karena bertahun-tahun, jika sudah ingin buang hajat. Mereka harus jauh-jauh ke toilet di sisi pasar yang lain.

"Jadi kalau sudah kebelet, lari ke WC yang ada di tengah atau yang ada di ujung. Kalau tidak, yang ke langgar," kata Andis, penjaga parkir di sini.

Di luar soal toilet. Pasar Petung ini masih menjadi PR bagi Pemkab PPU. Karena meski dibangun di atas tanah pemerintah. Tidak sepeser pun pendapatan asli daerah (PAD) yang didapat pemkab. Justru pemkab merugi saban tahun karena tetap harus membayar sejumlah retribusi.

Padahal pasar ini letaknya sangat strategis. Tepat berada di kawasan ekonomi Kelurahan Petung. Yang juga masuk dalam kawasan pusat ekonomi kabupaten. Maka di luar hari pasar (Selasa dan Sabtu). Pasar Petung tetap ramai dikunjungi. Terutama di lapak ikan dan sayur.

Pemkab sendiri berencana merelokasi pasar tradisional itu. Untuk mengurangi kebocoran anggaran sekaligus menyerap PAD dari pasar. Tapi sejauh ini rencana relokasi itu baru sebatas sosialisasi kepada pedagang Pasar Petung. (rsy/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: