Si Ranti, Penari Kaltim yang Selalu Percaya Diri

Si Ranti, Penari Kaltim yang Selalu Percaya Diri

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Dia menyadari. Menjadi penari bukanlah profesi yang menjanjikan banyak hal. Terutama materi. Tapi dia tak mau berhenti menari. Tarian baginya adalah jalan menemukan kepercayaan diri.

Padahal, gadis kelahiran Surabaya, 31 Agustus 1999 itu adalah salah satu penari berbakat Kaltim. Ia sudah melanglang buana. Mengenalkan budaya tari daerahnya ke luar sana. Melalui berbagai ajang kompetisi. Pemilik nama lengkap Ranti Ananda Fabian ini membentuk bakatnya di bidang seni tari, sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama; SMP 22 Samarinda. Awalnya ia bergabung ke dalam kelompok tari di sekolah itu. Di sana ia mendalami tari pesisir, tari Jepen dan tari pedalaman atau tari Dayak. Semuanya tari khas Kaltim. Tidak butuh waktu lama untuk dia mengembangkan diri. Sebab, Ranti mengakui memang memiliki minat dan ketertarikan. Dia pun menjadi sering dipilih untuk tampil pada berbagai pentas dan ajang lomba. "Puncaknya ikut lomba Festival Mahakam pada tahun 2012. Juara 1 Tari Pesisir. Dan tahun depannya juara 1 lagi di event itu," ungkap Ranti.  Masih banyak lagi ajang lomba yang diikutinya semasa SMP. Itu pun menyabet juara dan membawa pulang hadiah. Lanjut ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Samarinda. Dia gabung lagi di ekstrakulikuler tari. Tidak canggung baginya beradaptasi. Terbukti pada saat masih kelas X, dia dipilih mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2M). Tingkat kota dan provinsi. Baca juga: Ujian Konghucu "2015 sempat terpilih jadi duta pelajar Kaltim, di Bandar Lampung, selama dua pekan. Sempat menarikan tarian Dayak di sana," kenangnya. Prestasi itu terus berlanjut, dia menjadi penyaji terbaik satu, tari kreasi daerah pedalaman. Di event Festival Kemilau Seni Budaya Benua Etam Kaltim 2016. Mewakili kota Samarinda. Kemudian juara satu lagi pada Festival Mahakam 2019, kategori tari kreasi pedalaman. "Tahun lalu juga mewakili Kaltim mengikuti Gelar Tari Remaja tahun 2019 di Jakarta. Dan yang terbaru, di awal pandemi, terpilih sebagai satu dari 200 peserta pentas di rumah. Pada event yang diadakan Kemenparekraf," ia menuturkan. Setelah merampungkan pendidikan di SMK 1 Samarinda, Ranti pun masih menggeluti tari-tarian. Ia bergabung di Sanggar Seni Budaya Kelabang. Binaan UPTD Taman Budaya Kaltim. Di samping itu, ia juga melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Mengambil jurusan Akuntansi di Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. "Selama pandemi, tidak ke Sanggar lagi. Karena harus fokus menyelesaikan skripsi," ujar perempuan yang juga hobi menyanyi dan traveling. Ranti Fabian mengaku tidak berniat menjadikan tari sebagai pekerjaan tetap. Sebab katanya "Di Kaltim, ke depan agak susah mencari pendapatan tetap sebagai penari. Karena kultur darahnya beda. Tidak seperti Bali dan Jogjakarta misalnya. Kaltim belum begitu memprioritaskan seni tari.” Namun, dia menegaskan akan tetap menjaga berkomitmen di bidang tari-tarian, dengan menjadi pelatih tari. Sebab, katanya, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas seni menggerakkan tubuh itu. "Selama jadi penari, yang bertambah itu kepercayaan diri. Jadi jangan insecure. Jangan patah semangat untuk mempelajari dan memperkenalkan budaya daerah," ucapnya. Baca juga: Partisipasi Pemilih di Pilkada: Meleset Jauh dari Target Di akhir, pecinta drakor ini menjelaskan, kegiatan tari-tarian sebagian besar dilakukan secara berkelompok. Minimum tiga dan paling banyak delapan orang. Sehingga tari ini akan melatih kerja sama dan jiwa sosial. Soal penampilan jangan ditanya. Hal itu tetap nomor satu. Ranti rutin gunakan skin care seperti masker wajah. Digunakan sebelum tidur. Terus, rajin membersihkan muka dengan micellar water. Setelah itu cuci muka dengan facial wash sehabis keluar rumah. “Untuk tubuh olahraga 45-60 menit di rumah dan minum air mineral yang cukup,” tuturnya. Ranti mengklaim bersama teman-temannya telah memiliki beberapa paten gerak tari kreasi daerah yang dibuat sendiri. Contohnya adalah Tarian Bangai. Bercerita tentang kegiatan pemuda-pemudi sebagai nelayan. Kemudian Tari Kancet, Ameq, Menyat yang ceritanya tentang kegiatan berladang. "Tari-tarian itu sudah dipatenkan sebagai tari kreasi Kaltim," pungkasnya. (das/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: