Alasan Pemuda Ini Tak Pernah Lewatkan 4 Pemilu Terakhir

Alasan Pemuda Ini Tak Pernah Lewatkan 4 Pemilu Terakhir

Kutim, nomorsatukaltim.com – Pemilih milenial masih menjadi PR bagi KPU mana pun. Tingkat partisipasi dari pemuda di rentang usia 20-an masih cukup rendah. Karenanya setiap gelaran pemilihan umum, kaum milenial selalu jadi sasaran sosialisasi KPU.

Sikap apatis dari kaum muda ini banyak sebabnya. Dari gaduhnya dunia perpolitikan yang kian hari makin tidak dewasa. Sampai pada, siapa pun yang menang. Tidak banyak perubahan juga.

Hal itu diakui oleh Ashan Putra. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutim. Sudah 3 kali ia mencoblos selama hidupnya. Baik saat pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden dan anggota legislative. Tapi sampai saat ini, ia belum melihat banyak perubahan. Utamanya di Kutim. Dari satu pilkada ke pilkada setelahnya, dampak pembangunan belum masif terlihat.

Tapi hal itu tak lantas membuatnya ogah kembali berpartisipasi di pilkada. Pemilihan bupati tahun ini, ia kembali datang ke TPS. Keempat kalinya secara kumulatif ia sudah menjadi partisipan pemilu. Harapannya masih sama seperti saat pertama mencoblos dulu. Yakni ada perubahan di daerahnya.

“Maka siapapun yang terpilih harus bisa lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Ashan menilai banyak pembenahan yang harus diperhatikan. Mulai dari pengelolaan pemerintahan secara utuh hingga tiap sektor kerja. Tetapi ia menilai, sektor pendidikan, pertanian dan sosial sangat penting terakomodir juga.

“Zona defisit anggaran harus bisa diakali dengan baik. Kalau bisa keluar lebih baik. Begitu juga dengan pendidikan dan pertanian yang harus digenjot lagi,” bebernya.

Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam ini menilai, dunia pendidikan di Kutim masih tertinggal jauh. Masih banyak sekolah yang tidak dapat perhatian. Banyak pula siswa kurang mampu yang tak dapat bantuan beasiswa. “Termasuk juga mahasiswa. Semoga nanti ada perubahan,” harapnya.

Selama 4 kali pemilihan umum yang ia ikuti, perubahan yang terjadi selalu kecil dan tidak merata. Bahkan kebijakan yang dibuat kerap tak terkawal dengan baik. Hal ini yang menurutnya jadi PR besar pemimpin baru nantinya. Siapa pun yang terpilih. Jagoannya atau bukan.

 “Saya memilih terus, tapi dampak yang dirasakan tidak signifikan. Pemimpin baru nanti harus berani lagi utamakan kepentingan publik,” sebutnya.

Kebutuhan dasar masyarakat Kutim sebenarnya cukup sederhana. Hanya perlu ketersediaan air, listrik dan infrastruktur jalan. Sehingga bisa membuka wilayah yang terisolasi. Jangan tersandera dengan politik praktis yang keuntungannya hanya dirasakan segelintir orang saja.

“Masih banyak di Kutim wilayah yang tidak tersentuh pembangunan. Masih belum merata,” tandasnya. (bct/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: