#CekPasar; Harga Sembako Naik Wajar Jelang Natal 2020

#CekPasar; Harga Sembako Naik Wajar Jelang Natal 2020

Menjelang akhir tahun yang di dalamnya terdapat Hari Raya Natal dan Tahun Baru, biasanya harga kebutuhan pokok akan naik drastis. Sesuatu yang sangat lazim terjadi. Ketika permintaan naik, maka harga pun ikut menyesuaikan. Tapi akhir tahun ini sangat berbeda. Pasalnya sudah 8 bulan Bumi Etam dihantam corona. Permintaan turun tak terkira. Bagaimana pasar tradisional bersikap?

Imran (Mahulu, Kubar), Rafi’i (Kukar), Robbi (PPU), Hafidz (Kutim), Ichwal (Bontang)

TIM redaksi Nomor Satu Kaltim turun ke pasar tradisional di 6 daerah di Kaltim pada Minggu 29 November 2020 pagi. Untuk memastikan besaran harga kebutuhan pokok. Sekaligus mendengar keluh kesah para pedagang.

Di banding daerah lain di Kaltim. Harga kebutuhan pokok atau yang lazim disebut sembilan bahan pokok (sembako) cenderung tinggi. Dari 13 komoditi yang kami cari informasinya, Mahulu unggul di sembilan komoditi dalam rangking harga termahal. Untuk setiap komoditi yang sama di pasar tradisional daerah lain. Cukup menggambarkan betapa tingginya biaya hidup di kabupaten termuda di Kaltim itu.

Meski terbilang mahal, namun jelang akhir tahun ini. Mayoritas kebutuhan pokok tidak mengalami kenaikan harga secara drastis. Cenderung stabil untuk ukuran Mahulu.

Di dua pasar tradisional di ibu kota Mahulu, yakni Pasar Ujoh Bilang dan Pasar Long Bagun, Kecamatan Long Bagun. Hanya bawang merah saja yang mengalami kenaikan harga.

“Semula Rp 50 ribu, sekarang menjadi Rp  55 ribu,” jelas Ngatini (33), yang merupakan warga Kecamatan Linggang Bigung, Kubar, dan mengaku sudah 4 tahun berdagang sayur dan sembako di Pasar Ujoh Bilang. 

Ngatini bercerita, baru beberapa waktu ke belakang saja dagangannya lumayan laku. Karena sejak pandemi dan adanya imbauan untuk social distancing. Pembeli turun drastis. Di Mahulu, sempat berkurang 50 persen. Namun begitu, Ngatini dan sesama pedagang Pasar Ujoh Bilang tetap menggelar lapaknya.

Pikiran mereka sederhana. Selain hidup mereka harus terus disambung. Pasar harus tetap buka. Karena jika sampai tutup semua, maka dampak ekonomi di Mahulu akan semakin parah. Untungnya seiring waktu, penjualan kini mulai beranjak naik seiring penerapan kebiasaan baru.

“Syukur sekarang pembeli mulai kembali seperti sebelum COVID-19. Saya mengambil sayur dan sembako dari Kubar. Kalau tidak ada pembeli, modal tidak akan kembali,” ungkap Ngatini.  

Ngatini yang merupakan perantauan dari Pulau Jawa itu mengaku. Saat kondisi normal, hasil dagangnya terbilang lumayan besar untungnya. Namun saat pandemi menyerang, keuntungannya turun jauh. Ia pun harus putar otak agar persediaan barangnya tetap aman.

“Saya mendatangkan barang dengan sistem bon (utang) dulu. Setelah barang laku terjual baru saya transfer setor ke Kubar. Mudah-mudahan COVID-19 segera hilang,” harapnya.

Tak beda dengan yang diungkapkan Adi (27). Yang berdagang sembako dan sayur tepat di depan pintu masuk Pasar Ujoh Bilang. Keluhannya pun sama, penjualan sempat sangat sepi karena pandemi. Ia pun sempat menguras tabungan untuk tetap mempertahankan usahanya itu.

Lantaran lapak yang ia bangun sendiri itu berdiri di atas tanah sewaan yang tetap harus dibayarkan per bulan. Sementara dagangan tak banyak terjual. Berbagai siasat pun terpaksa dilakukannya. Seperti tidak berspekulasi menjual komoditi yang jarang dicari pembeli.

“Saya yakin pasti dapat rejeki, Pak. Saya sewa tanah ukuran 4 meter x 12 meter per bulan Rp 3 juta. Saya bangun sendiri kios ini. Nah apabila pandemi cepat hilang, akan banyak pembeli,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: