Barongsai, dari Seni Budaya Sampai Cabor Prestasi

Barongsai, dari Seni Budaya Sampai Cabor Prestasi

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Dahlan Iskan punya tempat khusus. Karenanya lah, barongsai yang dulunya dilarang di Indonesia. Kini sudah bebas berekspresi. Malah sudah menjadi cabang olahraga prestasi.

Barongsai ini memang unik. Karena bisa dimaknai untuk banyak hal. Hiburan, bisa. Atraksi budaya, sudah pasti. Sarana keagamaan, jelas. Dan kini barongsai sudah resmi menjadi salah satu cabang olahraga yang dinaungi KONI.

Barongsai mulanya dari negara China. Ya, semua orang tahu itu. Masuk ke Indonesia berbarengan dengan perkembangan pasar dunia. Di mana imigran China mulai memasuki dan beranak pinak di nusantara. Para ahli sejarah memiliki dua versi terkait masuknya seni barongsai di Indonesia. Ada yang menyebut abad ke-17. Ada pula yang menyebut awal abad ke-20.

Barongsai memiliki beragam jenis. Yang populer di Indonesia adalah tarian singa selatan. Yang terdiri dari dua jenis lagi. Yakni Fut-San dan Hok-San. Perbedaan keduanya bisa dilihat dari bentuk muka barong. Meliputi tanduk, mulut, dan dahi. Juga panjang pendeknya ekor.

Untuk Fut-San sendiri, dimainkan dengan kuda-kuda yang harus kuat. Karena gerakannya memang perlu lebih bertenaga, harus diperankan dengan atlet barong yang terlatih. Untuk mendapatkan gerakan akrobatik nan atraktif. Karena biasannya dimainkan dalam kategori barongsai tradisional.

Sementara untuk Barongsai Hok-San. Lebih dikenal ekspresif, lincah, dan gerakannya seksi. langkah kakinya yang unik, harmonisasi dengan musik pengiring. Bikin yang melihat atraksinya betah berlama-lama karena menunggu kejutan-kejutan yang diberikan.

Dikatakan oleh Ketua Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) Samarinda, Iwan Tirnata Thani. Dalam perkembanganya kini. Ia sangat bersyukur olahraga barongsai mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selain seni tradisional. Barongsai juga lekat dengan ritual keagamaan dalam upacara tolak balak.

Bentuknya juga makin variatif. Disesuaikan dengan kultur budaya di setiap daerah.

“Jadi, asal muasalnya memang seni tradisional dari China sana. Tapi dalam perkembangannya kan sudah banyak perpaduan dari kebudayaan nusantara, seperti barong di Bali dan di Jawa. Barong berarti topeng kan istilahnya. lalu sai berarti singa,” ungkapnya.

Penyesuaian barongsai dengan kearifan lokal ini disambut positif oleh Iwan. Karena menjadi lebih mudah mempertahankan budaya warisan leluhur mereka di Tanah Air.

“Zaman dulu, beberapa tahun yang lalu. Termasuk satu-satunya di tempat kami ini yang memiliki naga, selain barong. Kami berkeliling Kota Samarinda untuk membersihkan kota dari bala bencana. Pada saat hari besar. Kami memohon supaya semua penduduk Samarinda hidup tentram dan rukun,” tambahnya.

Ketua Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) Samarinda, Iwan Tirnata Thani. (Farid/ Disway Kaltim)

“Karena dulunya memang, kakek buyut kami menggunakan barongsai sebagai upacara tolak balak. Hingga sekarang masih melakukan itu. Di setiap rumah-rumah, agar penghuni rumah sejahtera, jauh dari marabahaya,” tegas pria kelahiran 1950 ini.

Dalam periode keduanya manakhodai FOBI Samarinda. Ia mengatakan bakal fokus kepada program pembinaan dan sosialisasi. Tujuanya supaya ke depan lebih banyak lagi atlet barongsai berbakat. Bahkan kalau bisa pemainnya diusahakan lahir dari atlet wushu. Diakuinya hal itu memiliki hubungan yang cukup erat.

“Program FOBI Samarinda yang pertama harus dipersiapkan adalah pelatihan dan pembinaan kepada para pemain usia 17 tahun ke atas. Karena memang pemain barongsai harus kuat kuda-kuda nya. Rata-rata dulunya sih dari atlet wushu itu, awal mulanya.”

Sejauh ini, di Kalimantan Timur sudah ada tujuh Pengkot FOBI, tinggal Kabupaten Mahulu, Kutai Barat dan Penajam Paser Utara yang belum terbentuk kepengurusan. Di Porprov Kaltim 2022 nanti, Samarinda menargetkan medali emas. Saingan terberatnya adalah Bontang dan Balikpapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: