Ikut Menjadi Saksi Gol Tangan Tuhan
SAYA ikut menjadi saksi peristiwa "Tangan Tuhan", ketika Diego Armando Maradona mencetak gol ke gawang tim nasional Inggris, yang dijaga oleh Peter Shilton. Gol itu yang mengantarkan tim Argentina ke semifinal. Tim Argentina akhirnya tampil sebagai juara, setelah di final mengalahkan Jerman Barat 3-2.
Peristiwa itu terjadi di babak perempat final kejuaraan dunia sepakbola tahun 1986, di Meksiko. Pertandingannya berlangsung bulan Juni di Stadion Azteca, Mexico City. Saya berada di stadion itu, menjalankan tugas sebagai wartawan koran Jawa Pos, yang terbit di Surabaya. Sebelum peristiwa tangan Tuhan itu terjadi, Maradona - demikian dia biasa dipanggil, adalah salah satu bintang di antara banyak bintang. Karena di Piala Dunia itu memang bertaburan bintang dunia sepak bola di beberapa tim negara lain. Maradona yang berada di tim Argentina, juga didampingi beberapa bintang. Ada Mario Kempes di sana. Ada juga penyerang produktif Jorge Valdano dan gelandang hebat Ardiles. Tersebutlah di tim Brazil nama Arthur Antunes Coimbra, mesin gol yang terkenal dengan panggilan Zico. Masih ada lagi Socrates. Juga Careca, kompatriotnya di klub Italia, Italia. Di tim Jerman Barat ada Lothar Matheus dan Karl Heinz Rummenigge. Sekarang jadi direkturnya klub Bayern Muenchen. Di tim Uruguay ada Enzo Fransescoli yang disebut-sebut sebagai duplikat Maradona. Di tim Spanyol ada Emilio Butragueno yang dijuluki "Si Burung Nasar", di tim Inggris ada Gary Lineker. Mereka semua adalah mesin gol yang produktif. Bahkan Gary Lineker tampil sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Dunia itu. Di tim Italia ada Carlo Ancelotti, yang ketika pensiun sebagai pemain, melanjutkan karier sebagai pelatih hebat dan sudah melatih klub-klub hebat Eropa seperti Juventus Italia, Paris St Germain Prancis, Bayern Muenchen Jerman, Real Madrid Spanyol, Chelsea dan Everton di Inggris. Masih banyak lagi bintang dari negara lain yang tampil di Piala Dunia Meksiko itu, bersama Maradona. Tetapi setelah peristiwa gol "Tangan Tuhan" itu, hanya satu bintang yang diperbincangkan hari-hari di pentas Piala Dunia itu, dan setelahnya. Ya, hanyalah Maradona. Maradona diperbincangkan bukan semata karena aksi tangan Tuhan itu. Tetapi memang aksi-aksinya di lapangan hijau yang fantastis. Di setiap pertandingan yang dimainkannya, adalah pemandangan yang biasa, Maradona dikawal khusus dan ketat oleh dua sampai tiga orang pemain lawan. Dan juga menjadi pemandangan yang biasa, Maradona bisa melewati tiga, empat, bahkan sampai lima pemain lawan sambil membawa bola. Bahkan sambil ditarik baju kausnya, pun celana pendeknya. Kadang baju kaus, juga celana pendeknya, yang dipakainya sampai robek, akibat ditarik pemain lawan sekuat tenaga. Itupun Maradona masih mampu mencetak gol, kadang dengan kostum yang compang-camping seperti itu. Gol kedua yang dicetak Maradona ke gawang Inggris, dalam pertandingan itu, melalui penyerangan tunggal. Penggemar sepak bola menyebutnya solo run, melewati hadangan beberapa pemain Inggris.BINTANG NAPOLI
Selain di ajang Piala Dunia Meksiko itu, masih panjang kisah-kisah fantastis, yang dibuat oleh Maradona. Di antaranya tentang dia menandatangani kontrak dengan tim Napoli, yang berkompetisi di Liga Serie A Italia. Napoli ketika itu tim yang tidak diperhitungkan di Serie A. Walikota Napoli ketika itu yang disebut-sebut meminta klub Napoli untuk mendatangkan dan mengontrak Maradona. Pemda Napoli berjanji membantu pendanaannya, meskipun Pemda Napoli ketika itu sedang krisis keuangan. Memang perlu dana yang sangat besar untuk mengontrak sang mega bintang itu. Nilai kontraknya 6,9 juta pound sterling, ketika itu disebut-sebut yang terbesar di dunia. Dan klub Napoli tidak punya kemampuan untuk itu. Dari pemberitaan di media Italia, terungkap lah bahwa motivasi mendatangkan Maradona adalah untuk pariwisata. Sang Walikota sangat meyakini, setiap Maradona tampil di pertandingan, di stadion San Paolo Napoli yang berkapasitas 60.000 tempat duduk, maka akan banyak penggemar sepak bola dari kota-kota lain di Italia berdatangan ke Napoli. Bahkan penggemar sepak bola dari negara lain, berdatangan ke Napoli. Maklum Italia bisa didatangi dengan kereta api, bus, dan tentu juga pesawat terbang dari negara lain, terutama di Eropa. Impian Walikota Napoli itu terbukti benar. Apalagi tim Napoli kemudian selalu memenangkan pertandingan di kandangnya, berkat gol-gol yang dicetak Maradona bersama pasangannya asal Brazil, Careca. Berkat Maradona dan Careca itu pula Napoli tampil di final antarklub Eropa, UEFA Cup. Sekarang disebut sebagai kejuaraan European League. Napoli di final edisi tahun 1988/1989 itu, menghadapi tim Jerman, FVB Stuttgart di Stadion San Paolo Napoli. Kebetulan ketika itu saya sedang berada di Jerman. Saya sempatkan menonton siaran langsung bersama penggemar sepak bola Jerman. Ketika itu tim Stuttgart unggul dulu 1-0, lewat gol yang dicetak pemain berdarah Italia, Gaudino pada menit ke 17. Napoli berhasil mencetak gol balasan lewat kaki Maradona pada menit ke-68. Dan pada menit ke-87 giliran Careca mencetak gol. Napoli pun tampil sebagai juara berkat kehebatan Maradona. Dan kota Napoli pun jadi semakin banyak dikunjungi wisatawan, padahal sebelumnya kota itu dikenal jorok dan kotanya mafia. Maka tak heran mangkatnya Maradona menjadikan semua warga Napoli berduka. Maradona di kota itu didewakan, karena telah memberikan banyak berkah. Adios Maradona... (zam)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: