Pekan Ini Diprediksi Melemah
Pasar saham pekan ini diprediksi melemah. Hal ini didorong meningkatnya kasus positif corona di beberapa negara Eropa. Serta belum pastinya vaksinasi.
Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjauh dari teritori penguatan pada akhir perdagangan, Jumat (20/11) lalu. IHSG tergerus -0,40 persen (-23 poin) ke posisi 5.571. Lalu bagaimana IHSG pekan ini? Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, pada minggu keempat November 2020 ada beberapa sentimen yang akan mewarnai pasar. Dari global, pada minggu lalu pasar sangat positif akibat kemajuan efektifitas vaksin COVID-19. Data final vaksin yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menunjukkan efektif 95% mencegah virus tersebut. Vaksin yang diberi nama BNT162b2 terbukti efektif melawan virus corona setelah 29 hari pemberian dosis pertama. Dan dinyatakan konsisten di semua umur, ras, dan etnik. Untuk usia lanjut, vaksin ini juga efektif sampai lebih dari 94%. Moderna juga merilis data awal bahwa vaksinnya menunjukan efektivitas 94,5 %. Serta Rusia yang mengklaim vaksin eksperimental dari hasil uji coba tahap akhir dengan jumlah pengetesan besar efektif lebih dari 90%. Vaksin menimbulkan harapan ekonomi dunia akan segera pulih di semester dua 2021. Vaksin COVID-19 dari Moderna memberikan harapan yang lebih besar karena dapat tetap stabil pada suhu 36 hingga 46 derajat Fahrenheit. Suhu ini merupakan suhu standar lemari es rumah atau medis dan dapat disimpan hingga 30 hari. Bila suhu negatif 4 derajat Fahrenheit maka vaksin ini dapat disimpan hingga enam bulan. Sebelumnya Vaksin Pfizer membutuhkan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit, sehingga akan mempersulit pendistribusian vaksin. Harapkan vaksin yang efektif dan mudah distribusikan membawa harapan pandemi akan berlalu. “Hasil uji coba vaksin beberapa perusahaan di atas akan diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM (FDA) Amerika Serikat untuk disetujui,” kata Hans Kwee. Hans melanjutkan, pasar saham mengalami kenaikan akibat optimisme vaksin COVID-19. Hal ini terlihat aliran dana masuk ke pasar saham. Sektor yang naik terutama bank, tours dan travel dan komoditas. Bukan hanya itu, terlihat investor mulai beralih ke saham Asia Tenggara sebagai rotasi global dari sektor bernilai tinggi (value) ke sektor yang bertumbuh (growth). UBS Global Wealth Management menyarankan investor yang mencari imbal hasil tinggi harus beralih ke surat utang Asia dan emerging market di tahun depan. “Nampaknya kenaikan pasar keuangan di Asia Tenggara termasuk Indonesia di tahun depan masih akan terjadi terutama bila vaksin efektif dan berhasil didistribusikan,” bebernya. Di tengah harapan vaksin yang merupakan sentimen positif di jangka menengah panjang, terjadi lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara. Kata dia, Amerika Serikat minggu ini terjadi kenaikan rata-rata mingguan 26% kasus dibanding pekan sebelumnya. Di tengah peningkatan kasus terjadi pembatasan aktivitas sosial untuk menurunkan tingkat penyebaran. Hal yang hampir sama terjadi di beberapa negara Eropa mendorong potensi pertumbuhan negatif di kuartal ke 4 tahun 2020. “Peningkatan langkah penguncian ekonomi dapat menganggu proses pemulihan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham dunia,” tutur Hans Kwee yang juga Dosen Universitas Trisakti ini. Selain kenaikan kasus COVID-19, nampaknya pasar keuangan memperhatikan masalah antara The Fed dan Departemen Keuangan terkait program kredit bantuan pandemi. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, program kredit bantuan pandemi sebesar USD 455 miliar yang dialokasikan musim semi lalu di bawah undang-undang CARES harus dikembalikan ke kongres untuk dialokasikan kembali sebagai hibah untuk perusahaan kecil. Program ini dianggap penting bagi bank Sentral. Bila dihentikan akan berdampak tidak baik bagi perekonomian. Ketika kasus infeksi baru COVID-19 meningkat. Diikuti pembatasan kegiatan sosial dapat mendorong gelombang PHK baru dan perlambatan pemulihan ekonomi. “Hal ini mengecewakan pelaku pasar keuangan yang berharap The Fed dan Departemen Keuangan dapat bekerja sama mengatasi dampak pandemi yang akhir-akhir ini meningkat risikonya,” ujarnya. Dari domestik, menurutnya, konsumsi masyarakat atau rumah tangga menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto (PDB) Indonesia mengalami penyusutan 3,49% pada kuartal ketiga. Hal ini yang mendorong ekonomi ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade. Bank Indonesia pada RDG November menurunkan BI7 DRRR menjadi 3.75% dari sebelumnya 4%. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan kredit agar dapat menggerakkan perekonomian. Selain itu, triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada di level -1 persen hingga 0,4 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan akan berada di level -1,7 persen hingga 0,6 persen. Baru diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik di 2021 menjadi 4.5 % sampai 5.5 %. Tetapi hal ini sangat terpengaruh oleh vaksin. Dengan meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa negara dunia disertai mulai turunnya optimisme vaksin tersebut. Hans memperkirakan pasar saham akan konsolidasi melemah. Ditambah masalah stimulus dan pasar keuangan yang naik banyak beberapa pekan terakhir sehingga membuka koreksi sehat IHSG. “Dengan support IHSG di level 5,541 sampai 5,462 dan resistance di level 5,628 sampai 5,657. (fey/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: