Jualan Melalui Digital, Tak Henti Berinovasi

Jualan Melalui Digital, Tak Henti Berinovasi

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Hingga kini dampak wabah COVID-19 masih dirasakan pelaku usaha. Penjualan turun. Mereka harus berpikir keras untuk bertahan menjalankan usahanya.

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah sektor yang terpukul. Bukan hanya penurunan omzet. Tetapi terkendala pemasaran. Yang awalnya mengandalkan pemasaran dengan tatap muka. Karena pandemi cara pemasaran itu perlahan dikurangi. Untuk mencegah penyebaran virus corona. Seorang pengrajin anyaman rotan di Balikpapan, Dapit Purbo Wibowo. Adalah satu dari ribuan pelaku usaha yang turut terdampak pandemi. Meski usaha anyaman rotannya turut terdampak. Dia menuturkan sepanjang pandemi masih ada pesanan. Baik dari masyarakat ataupun perusahaan. Walaupun jumlah pesanannya, tidak sebanyak sebelum pandemi. Usaha anyaman rotan yang diberi nama Toko Bagus Rotan Sumber Rezeki sudah berdiri 10 tahun lebih. Berlokasi di Jalan Marsma Iswahyudi. Usaha didirikan dari sang Ayah yang memiliki keahlian menganyam rotan. Pesanan saat itu bahkan datang dari Jepang. Namun karena krisis moneter, usaha milik ayah mengalami penurunan omzet. "Saat itu bapak saya masih usaha di Gresik, Jawa Timur. Kemudian karena krismon turut memberikan dampak yang besar. Lalu ayah kami merantau ke Balikpapan dengan membuka usaha anyaman rotan," kata Dapit didampingi adiknya Didik Sujatmiko. Dengan keahlian dari sang ayah, mereka pun ingin melanjutkan usaha. Sejak membuka usaha medio 2000-an. Peminat produk anyaman rotan cukup banyak. Pembelinya pada tahun tersebut adalah dari ekspatriat. "Saat itu pertambangan batu bara sedang tinggi. Banyak bule yang pesan seperti kursi dan lainnya. Omzet bisa Rp 15 juta lebih dalam sebulan," terangnya sembari menganyam saat dijumpai Disway Kaltim pada Selasa, (3/11).   Kemudian pada 2010-an, pesanan lesu. Karena batu bara harganya anjlok. Hal ini mempengaruhi pesanan. Meski tak banyak pesanan dari ekspatriat. Pesanan datang dari lokal atau masyarakat lokal dan perusahaan. "Kami tetap bertahan. Dengan berinovasi dan kreatif dengan produk terbaru. Selain itu, lebih aktif memasarkan produk. Dari ikut pameran tingkat daerah kemudian provinsi," ucapnya. Dengan ikut pameran dan terus melakukan pemasaran. Pesanan anyaman rotan dari kursi, ayunan anak, dewasa dan pembatas kantor berdatangan.  Apabila lebih dari 6 pesanan, pihaknya mendatangkan tenaga dari Pulau Jawa. "Kalau sudah selesai kembali lagi," sebutnya. Saat ini tenaga anyaman rotan terdapat tiga orang. "Tentunya semua usaha terpukul. Tetapi alhamdulillah kami tetap ada pesanan. Walaupun turun dari sebelumnya yang bisa lebih 6 pesanan. Sekarang bisa 2-3 pesanan," tandasnya. Untuk bertahan pada masa pandemi. Ia mengatakan inovasi tetap dilakukan. Metode pemasaran juga digencarkan dengan menggunakan digital. "Cara ini salah satu upaya untuk tetap mendekatkan pelanggan. Dan pembeli baru yang ingin pesan anyaman rotan," kata dia lagi. Selain itu, pihaknya membuka service untuk bahan dari rotan. "Misal ada kursi yang rusak ditawarkan dengan service menggunakan bahan anyaman rotan. Tentunya dengan harga yang menarik dan relatif terjangkau. Karena masa pandemi, orang juga pasti berpikir dalam pengeluaran," tukas Dapit. Dia pun berharap pemerintah memperhatikan pelaku usaha kecil pengrajin rotan dan kayu. "Yang terdampak kan banyak juga. Ada bantuan untuk usaha tetapi syaratnya tidak sedang melakukan pinjaman di bank. Kan kita usaha untuk mengembangkan usaha pasti ada pinjaman modal di bank," tutupnya. (fey/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: