Amerika Serahkan Kunci Istana Kerajaan ke China

Amerika Serahkan Kunci Istana Kerajaan ke China

Beijing, nomorsatukaltim.com - Menurut analisis Rick Helfenbein, hubungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan China dimulai seperti euforia pesta pernikahan. Perayaan pertama dimulai dengan kedatangan Presiden China Xi Jinping di resort Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, pada 6 April 2017. Dilanjutkan dengan jamuan makan malam yang digelar Trump.

Menteri Luar Negeri AS saat itu Rex Tillerson hadir di sana. Membahas Korea Utara. Sementara Trump tertarik pada kesepakatan untuk mengurangi defisit perdagangan antara kedua negara.

Ketika pertemuan berakhir pada 7 April, Trump menuturkan, “Hubungan yang berkembang antara Presiden Xi dan saya sendiri, menurut saya luar biasa. Kami berharap dapat bersama berkali-kali di masa depan. Saya yakin banyak masalah yang sangat berpotensi buruk akan hilang begitu saja.”

Kesempatan lain kedua pihak bertemu ialah pada 8 November 2017. Ketika kunjungan kenegaraan diselenggarakan di Beijing, China. Sekali lagi, kemeriahan pertemuan itu seperti pernikahan. Trump berkata kepada Xi, “Perasaan saya terhadap Anda sangat hangat. Ada ikatan yang hebat. Saya pikir kita akan melakukan hal-hal luar biasa untuk China dan Amerika Serikat.”

China telah menyelesaikan tipu muslihatnya. Dua acara perayaan yang indah dan Trump seketika menyukainya. “Teman baik saya Presiden Xi,” ujar Trump, merujuk kepada presiden China.

Sementara itu, dari perspektif China, defisit perdagangan AS akan lambat untuk diselesaikan. Laut China akan menjadi milik mereka untuk dieksplorasi. Sementara “pendidikan ulang” budaya akan berlanjut di provinsi-provinsi terpencil di negara mereka. Semua terjadi. Sementara Trump secara umum merasa nyaman China. Tetapi sibuk meyakinkan pasar saham AS dengan gagasan tentang pembatasan bisnis yang lebih sedikit, pajak lebih sedikit, dan lebih banyak tarif. Fokus Gedung Putih akan berada di luar China. Seperti jeda di antara satu pernikahan dan yang lainnya. Pada dasarnya, China akan cukup bebas untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Konsep defisit perdagangan AS-China mudah dipahami. Amerika terus membeli lebih banyak dari China daripada yang dijual AS kepada China. Trump berencana mengubah persamaan itu dan berkata, “Saya tidak menyalahkan China. Siapa yang dapat menyalahkan suatu negara karena dapat memanfaatkan negara lain demi kepentingan warganya? Saya sangat menghargai China.”

Trump pernah berkata, pada 2015, saat masih dalam kampanye Pilpres AS 2016, ia merencanakan interaksi dengan China akan seperti hubungan bisnis. “Anda bisa menang melawan China jika Anda pintar. Namun, orang-orang kita tidak tahu apa-apa. Kita memberikan makan malam kenegaraan untuk para kepala China. Saya berkata, mengapa Anda menggelar jamuan makan malam kenegaraan untuk mereka? Mereka menipu kita dari kiri dan kanan. Bawa saja mereka ke McDonald’s dan kembali lagi ke meja perundingan.”

Sejarah tentu saja akan membuktikan bahwa metodologi Trump tidak berhasil. Seluruh proses berdampak negatif pada konsumen, grosir, pengecer, dan merek Amerika. Secara mekanis, defisit perdagangan belum diperbaiki dengan penambahan tarif. China terbukti tidak membayar tarif. Ketika China membalas petani AS dengan tarif mereka sendiri, Trump memberi jaminan kepada petani Amerika. Dengan US$ 28 miliar. Dia ambil dari tarif konsumen Amerika. Yang telah dikumpulkan pemerintah.

PENDEKATAN BIDEN

Menurut analisis Helfenbein di Forbes, pemerintahan capres Partai Demokrat Joe Biden akan menangani perdagangan secara berbeda. Meskipun tujuan “penahanan China” mungkin serupa. Metode untuk mencapainya kemungkinan besar akan kontras. Biden rupanya tidak menyukai tarif sebagai sarana untuk menyelesaikan disparitas perdagangan. Dalam wawancara dengan Lulu Garcia-Navarro dari NPR, Biden mengungkapkan pandangannya tentang tarif, “Begini, siapa bilang rencana Trump bagus? Manufaktur telah mengalami resesi. Pertanian kehilangan miliaran dolar yang harus dibayar para pembayar pajak. Kita menuntut China dengan cara yang salah.”

Sementara itu, ketika Trump mencabut Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang diusulkan Amerika pada hari pertamanya di Ruang Oval, China terus mengembangkan perjanjian perdagangan regional mereka yang disebut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Perjanjian perdagangan China yang baru dapat ditandatangani pada pertengahan November dan akan siap untuk diterapkan pada akhir 2021.

Perjanjian tersebut akan mencakup 16 negara anggota, 48 persen dari populasi dunia, dan 33 persen dari PDB dunia. AS tidak akan menjadi anggota.TPP yang asli ditetapkan oleh mantan Presiden AS Barack Obama untuk AS serta akan mencakup 12 negara dan 40 persen dari PDB dunia. China tidak akan menjadi anggota.

Biden mengaku mendukung TPP. Kemudian selama kampanye Pilpres AS 2020 mengatur ulang persetujuannya. Menurut Biden, “Saya tidak akan bergabung kembali dengan TPP. Seperti yang dikemukakan pada awalnya. Saya akan bersikeras. Agar kita menegosiasikan kembali bagian-bagian itu dengan negara-negara Pasifik. Sehingga kita dapat menyatukan mereka untuk meminta pertanggungjawaban China.”

Ketika Trump menyingkirkan rencana TPP pada 2017, mantan Perwakilan Dagang AS di era Obama Michael Froman pada dasarnya mengatakan, Amerika baru saja menyerahkan kunci istana kerajaan kepada China. Sementara itu, Amerika telah memberi isyarat kepada negara-negara Pasifik: AS menarik diri dari posisi kepemimpinan. Perjanjian RCEP, jika ditandatangani, sekarang akan menjadi perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia.

Menurut analisis Helfenbein di Forbes, sebagian besar pengamat China memahami. Negara itu baru saja meluncurkan rencana pembangunan ekonomi dan sosial lima tahun ke-14. Fokus pada teknologi. Di Amerika, pemerintahan Trump beralih ke mode kampanye penuh. Tanpa pernah merilis platform kebijakan baru untuk Partai Republik. China kini dipandang sebagai negara yang memiliki rencana. Lantas melihat pemerintahan Trump saat ini yang belum dapat mengartikulasikan suatu rencana pun.

Helfenbein menyimpulkanseluruh situasi ini menimbulkan kesan. AS terlambat bersikap garang dan terlalu lama terlena terhadap situasi perdagangan dengan China maupun di mata dunia. Terdapat pepatah China tentang situasi ini. Mungkin dapat merangkum dunia perdagangan AS, “Ketika angin perubahan bertiup, beberapa orang membangun tembok, yang lain membangun kincir angin.”

PERBANDINGAN PDB

Dana Moneter Internasional (IMF) mempresentasikan World Economic Outlook 2020. Memberikan gambaran umum tentang ekonomi global dan tantangan ke depan. Fakta paling tidak nyaman dalam laporan itu adalah fakta yang tidak ingin didengar oleh AS. Bahkan enggan diterima ketika mereka membacanya: China sekarang telah menggeser posisi AS untuk menjadi ekonomi terbesar di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: