Hidroponik Kian Diminati, Permintaan Semakin Tinggi

Hidroponik Kian Diminati, Permintaan Semakin Tinggi

Bertani di perkotaan bukan lagi menjadi hal yang tidak mungkin berkat dikenalnya hidroponik. Cara ini dinilai sangat efektif digunakan di lahan sempit. Tanpa tanah, lebih higienis, dan hasilnya juga memuaskan.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Lik Tituk pun melihat kesempatan tersebut. Wanita 50 tahun ini membangun perkebunan hidroponik di lahan miliknya. Bertempat di Jalan Hj. Aminah Amins, Samarinda Seberang. Nama perkebunan Lik Tituk ialah Kebun Falik Samarinda. Niatan ibu 4 orang anak ini, hanya sekadar meluapkan hobi bertanam saja. Kemudian salah seorang anaknya mengatakan kepada dirinya untuk membuat perkebunan hidroponik. Di usia yang terbilang cukup untuk menikmati hal-hal seperti itu, Lik Tituk pun mengiyakan perkataan anaknya. Tak disangka, ternyata peminatnya cukup tinggi. Tamu-tamu yang berdatangan ke kebunnya langsung dengan jumlah yang banyak. Bahkan bisa satu keluarga. Dan rutin. Pengunjung yang datang pun diterangkan Lik Tituk biasanya langsung memanen beberapa tanaman hasil dari perkebunannya. Yang kemudian ditimbang dalam jumlah kilogram tertentu. Lalu dibawa oleh pengunjung sebagai oleh-oleh. Kebanyakan pembeli yang datang merupakan kalangan ibu rumah tangga seperti dirinya. Hasil panen dari kebunnya, dijelaskan Lik Tituk lagi, biasanya untuk dikonsumsi pribadi. Mereka yang datang ke Kebun Falik merupakan pelanggan Lik Tituk yang sudah paham khasiat dari sayur-sayuran yang dirinya tanam. Ibarat kata, pasaran Lik Tituk sudah terbentuk secara alami. Beberapa industri rumahan juga berlangganan sayur kepadanya. Seperti pembuat soto yang berlangganan seledri. Penjual kebab pinggir jalan yang berlangganan selada. "Paling banyak yang beli itu tanaman kale. 1 kilogram kale untuk daunnya saja (seharga) Rp. 100.000. Sedangkan batangnya, sekilo Rp. 80.000," terang wanita yang akrab disapa Tituk ini saat ditemui di kebunnya, Jumat (30/10) lalu. Tanaman organik lainnya yang ada di Kebun Falik sendiri ada pokcoy, sawi putih, serta bayam merah. Beberapa tanaman padat yang juga ada yakni durian, pisang, lai, mangga, dan lainnya. Diakui Tituk, untuk memulai perkebunan hidroponik memang memerlukan modal yang cukup besar. Karena beberapa alat yang dibutuhkan yakni pipa, selang, pompa akuarium, dan set bor untuk pembuatan proses instalasi. Namun modal tersebut bisa kembali dengan cepat. Dirinya mengakui, untuk usaha yang baru dia dirikan sejak Maret tahun ini saja sudah mengembalikan modal yang dia keluarkan sebelumnya. Dia juga kembali mengakui, usaha perkebunan yang dirinya miliki ini ramai saat situasi pandemi COVID-19 terjadi. Masyarakat memang butuh hal baru, seperti berjalan-jalan menikmati suasana perkebunan.   Selain itu, untuk merawat perkebunan hidroponik dianjurkan Tituk lagi perlu ketelitian ekstra. Petani harus mengontrol nutrisi berserta tingkat keasaaman tanaman secara berkala serta perhitungan pemberian nutrisi. "Tentunya ini demi menghasilkan produk yang lebih berkualitas," tambahnya. Untuk omzet, Tituk enggan mengungkapkan berapa keuntungan tertinggi yang dirinya dapatkan. Tetapi dia kembali menegaskan, peluang usaha perkebunan hidroponik ini sangat menjanjikan. Apalagi jika ditekuni dengan rutin. Keuntungan yang dia perkirakan dan pernah dia dapatkan diatas Rp 5 juta rupiah sebulan. Jika telaten, keuntungan tersebut bisa diatas Rp 10 juta. Tituk mengatakan, pasarnya pun tak susah. Selain yang dia dapatkan dengan cara alamiah, penawaran dari beberapa super market juga perhotelan pun datang kepadanya. Tawaran itu meminta Tituk untuk menjadi penyuplai. Tetapi, Tituk sendiri masih belum mau mengambil keputusan akan penawaran tersebut. Karena bagi Tituk, dirinya belum bisa memastikan jumlah saat dia memanen. Tituk takut jika kapasitas kebunnya tak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pihak-pihak tersebut. "Saya sendiri yang mengelola kebun ini bersama suami. (Kapasitas) kami terbatas," sambungnya. Dua minggu ke depan lahan perkebunan tempatnya akan dia perluas. Beberapa tanaman yang sudah tua akan dicabut dan direnovasi ulang. Dia ingin pengunjung yang datang ke kebunnya bisa merasa lebih nyaman. Dan beberapa tanaman lain pun akan ditambah. Tituk merasa senang karena kata beberapa customer yang sudah pernah datang ke kebunnya, hal seperti ini jarang sekali di Samarinda. Bahkan hanya beberapa saja. "Senang kalau banyak yang datang, banyak yang foto-foto juga, jadi mau diluasin," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: