Niat Bantu Petani Salak, Riswahyuni Raih Prestasi dan Omzet Jutaan Rupiah Per Hari
Oleh : Darul Asmawan
APA jadinya salak Balikpapan. Jika tidak ada Riswahyuni, owner Cake SalaKilo. Ia mengolahnya menjadi kue. Hingga sekarang menjadi panganan khas oleh-oleh Kota Balikpapan. Dan telah berkembang menjadi bisnis bernilai jutaan rupiah.
Bermula dari keresahannya. Melihat pedagang salak di kios-kios pinggir jalan poros Balikpapan-Samarinda. Ketika salaknya tidak habis terjual, terpaksa dibuang. Berharap menjadi pupuk alami.
Itu membuat Yuni, sapaannya, berpikir untuk membantu nasib petani. Sekaligus pedagang salaknya.
Awalnya Yuni tidak suka makan buah salak. Pun dengan kedua anaknya. Katanya, rasanya asam dan sepet. Tapi sang suami lah yang suka makan buah itu.
“Setiap ke Samarinda, suami saya pasti singgah di kios pedagang salak. Beli tiga sampai lima kilogram," ujarnya.
Satu waktu, Yuni ikuti suaminya saat membeli salak. Dia turun dari mobil dan menanyai pedagang. “Buah yang tidak habis terjual dikemanakan?” tanya Yuni. “Dibuang” jawab pedagang itu.
Kemudian Yuni berpikir. Mencari cara agar salak yang selalu berbuah sepanjang tahun itu dilirik banyak orang.
Sesampainya di rumah. Yuni mulai mencari tahu hal-hal seputar buah salak. Melalui internet. Ditemukan bahwa buah salak kaya akan vitamin C, betakarotine, antioksidan, serat dan kalori.
Dicarinya lagi resep masakan yang bahannya menggunakan salak. Yuni justru tak menemukannya. Adanya resep kue cake dari buah apel.
Padahal, apel dan salak mirip secara tekstur. Juga sama-sama berair. Lalu, dicobalah membuat cake dari buah salak. Hasilnya menakjubkan.
"Kue cake pertama, saya berikan ke anak saya. Tadinya untuk mengelabui mereka. Eh, ternyata malah suka. Padahal mereka tidak suka buah salak," selorohnya saat diwawancara DiswayKaltim.com, Rabu (28/8/2019) di Toko Cake SalaKilo, miliknya.
Berangkat dari situ, dia mulai sering membuat cake dari bahan salak. Kemudian mendapat informasi bahwa Disperindagkop Kota Balikpapan mengadakan lomba. Bertajuk festival panganan khas Balikpapan. Oktober tahun 2012.
“Saya coba ikut dengan cake berbahan dasar salak. Komoditas unggulan Balikpapan dari sektor pertanian. Jumlahnya melimpah. Alhamdulillah dapat juara 1," katanya.
Nah, sejak saat itu. Dari usaha coba-coba akhirnya menjadi juara itu. Naluri bisnis Yuni mulai tergerak. Dia membuat brand “Cake SalaKilo”.
Nama kilo disebutkan supaya masyarakat tahu. Kalau salak itu melimpah. Dijual di sekitar kilometer 21 Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan.
Bahan olahan cake yang digunakan Yuni, bukan dari salak yang berukuran besar. Yang enak dikonsumsi langsung. Justru dipilih yang ukuran kecil. Yang agak kecut. Tak terlalu diminati para pembeli. Petani pun senang. Salak yang sulit dijual, tetap ada yang membeli.
Mulanya, Yuni hanya memanfaatkan garasi rumah di komplek Griya Permata Asri. Tempat berjualan dan melayani pesanan dari teman-teman dekat.
Lalu dikembangkan lagi. Membuat produk lain. Dari bahan bahan yang sama. Semua serba salak. Seperti brownis salak, pia salak, dodol, kue bolu lapis, kue kering, sirup salak dan asinan.
Bahkan Yuni membuat sambal ulek salak. Masih menggunakan bahan salak sebagai pengganti tomat.
Baru pada tahun 2018. Riswahyuni membuka Toko Kuenya di Jalan MT Haryono Balikpapan. Kini sudah mempekerjakan sepuluh orang karyawan. Memproduksi sampai 200 box produk olahan makanan dari buah salak. Omzetnya mencapai Rp 7 juta per hari.
Selain lewat toko, cake salak juga dijual lewat media online. Sistemnya, pembeli memesan lewat aplikasi jual beli online. Barangnya dikirim lewat jasa pengiriman. Yang memesan, tak hanya dari Balikpapan. Pembelinya banyak dari Jakarta, Makassar, Surabaya, Jogjakarta hingga Medan. (dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: