Isu Krusial dalam Debat Cawapres AS
New York, nomorsatukaltim.com - Debat calon wakil presiden (wacapres) antara Mike Pence dan Kamala Harris telah usai. Para kandidat berdebat selama 90 menit. Tentang beberapa topik. Seperti virus corona, ekonomi, kebijakan luar negeri, ras, perubahan iklim, dan reformasi kepolisian.
Harris, cawapres dari Partai Demokrat menorehkan sejarah sebagai wanita keturunan kulit hitam dan Asia Selatan pertama yang berpartisipasi dalam debat pemilihan umum.
Berikut beberapa momen penting yang terjadi selama debat antara Harris dan Pence pada Rabu (7/10) malam di Salt Lake City.
Pertama, tunggakan pajak Trump. Dalam debat tersebut, Harris menyinggung perihal transparansi pajak dan utang misterius yang dimiliki Trump.
“Supaya semua orang merasa jelas, kalau kita bilang berhutang, itu artinya Anda berutang pada seseorang. Senang sekali mengetahui kepada siapa presiden AS, panglima tertinggi, berutang uang,” kata Harris.
“Karena rakyat Amerika punya hak untuk mengetahui apa yang mempengaruhi keputusan presiden. Dan apakah dia membuat keputusan itu untuk kepentingan terbaik rakyat Amerika, Anda, atau kepentingan pribadi?” lanjutnya.
Pence menanggapi seruan itu dengan mengatakan, Trump adalah seorang pengusaha dan pencipta lapangan kerja. “Dia membayar puluhan juta dolar dalam bentuk pajak, gaji, pajak properti. Menciptakan puluhan ribu pekerjaan di Amerika,” kata Pence.
Dia menambahkan, laporan mengenai catatan pajak Trump yang beredar luas tidaklah akurat. Menurutnya, Trump telah merilis tumpukan pengungkapan keuangan dan rakyat AS dapat meninjau kembali seperti yang diizinkan oleh hukum.
Kedua, pandemi virus corona. Pence meminta Harris agar tidak mempolitisasi virus corona. Dia mengatakan, jika vaksin muncul selama pemerintahan Trump, maka klaim Harris terhadap penyediaan vaksin menjadi tidak masuk akal.
“Fakta bahwa Anda terus merongrong kepercayaan publik terhadap vaksin. Jika vaksin muncul selama pemerintahan Trump, menurut saya (klaim itu) jadi tidak masuk akal. Senator, saya hanya meminta Anda, berhenti bermain politik dengan nyawa orang,” ujar Pence.
Harris membalas pernyataan itu dengan mengatakan, dia akan menerima vaksinasi jika Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, menginstruksikan demikian.
“Jika dokter memberi tahu kami bahwa kami harus meminumnya, maka saya akan menjadi orang pertama yang mengantre. Benar sekali. Tapi jika Donald Trump menyuruh kita untuk mengambilnya, saya tidak akan menerimanya,” balas Harris.
Ketiga, penambahan kursi di MA. Pence mengatakan, warga AS “berhak mendapatkan jawaban langsung” tentang apakah Biden akan menambah kursi di Mahkamah Agung (MA) jika pemerintahan Trump mendorong pencalonan Barrett untuk menggantikan mantan Hakim Ruth Bader Ginsburg.
“Ini adalah kasus klasik. Jika Anda tidak bisa menang sesuai aturan, Anda akan mengubah aturan. Apakah Anda dan Biden akan mengemas MA untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan?” tanya Pence.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: