Ketika Persiba Tak Didukung Perusahaan Balikpapan
Persiba bersama klub Liga 1 dan 2 lainnya benar-benar kena prank. Maret kompetisi dihentikan sementara. Menanti tanpa kepastian berbulan-bulan. Gaji tetap jalan. Pemasukan nol. Lalu dapat angina segar. Oktober kompetisi kembali dijalankan. Walau dengan berbagai catatan dan penyesuaian. Bulan Agustus semua klub mulai mengumpulkan tim. Melakukan persiapan. Sudah matang, sudah siap. Dua hari sebelum kick off, liga kembali ditunda. Ambyar.
SELASA 29 September, PSSI bersama Kemenpora menggelar konferensi pers. Mengumumkan bahwa Liga 1 dan 2 musim 2020 ditunda lagi. Menyusul keputusan Polri yang tak memberi izin keramaian sehari sebelumnya. Pengumumannya memang siang bolong. Bukan tengah malam. Tapi damagenya besar sekali.
Bagaimana tidak, ketika seluruh pemain tim Liga 1 sudah terbayang-bayang suasana pertandingan. Yang akan dimulai lagi tanggal 1 Oktober. Sebagian sudah menyiapkan gaya selebrasi ketika mencetak gol. Eh, buyar seketika.
Psikis pemain jelas drop. Tapi yang lebih menyesakkan. Tentu manajemen. Sebagai contoh Borneo FC Samarinda. Mereka sudah menyiapkan mess, lapangan latihan, sampai panitia pelaksana di Jogja. Home base mereka. Juga sudah membeli tiket pesawat untuk berangkat ke Madura. Hotel di Madura juga sudah dipesan. Jadi sia-sia.
Sementara Persiba memang belum menyiapkan diri sejauh itu. Karena memang Liga 2 baru dimulai lagi 17 Oktober. Tapi masalah mereka tak kalah pelik. Sama juga soal uang. Yaitu sponsor langsung cabut begitu mendapat kepastian liga ditunda.
Ditundanya memang hanya sebulan. Tapi masih harap-harap cemas juga. Karena yang berjanji baru PSSI. Sama seperti janji PSSI menggelar liga pada Oktober. Yang kemudian batal juga karena kepolisian enggan beri izin keramaian.
Yang kali ini pun sama. Pihak kepolisian belum memberi lampu hijau. Sifatnya baru sekedar PSSI memohon untuk menggelar kompetisi pada November.
Sponsor Persiba ramai-ramai lakukan renegoisasi. Intinya cabut diri. Dan akan membuka peluang kerja sama untuk kompetisi musim depan. Itu juga kalau gelaran kompetisinya normal. Bagaimanapun sponsor butuh exposure. Kalau pertandingan sepak bola digelar tanpa penonton. Susah juga untuk mereka.
"Ada yang sudah oke, jadi batal. Banyak. Mereka akan memperhitungkan tahun 2021. Dari sekian banyak yang berminat tinggal satu saja," kata Gede Widiade, Presiden Klub Persiba.
Satu sponsor utama yang dimaksud Gede adalah Indika Energy. Perusahaan asing itu masih setia mendanai Persiba. Malah jadi satu-satunya.
Padahal saat ini klub sedang butuh-butuhnya suntikan dana segar. Lantaran sumber pendapatan utama dari tiket pertandingan sudah tidak mungkin. Kan pertandingan digelar tanpa penonton. Menyesuaikan dengan situasi pandemi.
Pun mainnya bukan di Balikpapan. Sehingga biaya operasional tim tentu membengkak. Berharap dari pembagian biaya hak siar? Seberapa sih angkanya. Nilai jual Liga 2 jelas sangat rendah.
Karenanya Gede geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin kompetisi ditunda secara mendadak. Dalam dunia bisnis. Ketidakpastian adalah musuh nomor satu. Kompetisi tidak jelas, ya, sponsor pikir-pikir. Apalagi sebagian besar perusahaan juga terdampak pandemi. Hitung-hitungannya juga tentu sangat ketat.
Menurutnya, kompetisi sebenarnya bisa saja tetap dijalankan. Karena akan berdampak domino pada sektor ekonomi juga. Sektor riil malah.
"Keuntungan bukan hanya diraih klub saja. Kalau sepak bola jalan. TV jalan. Jersey. Sponsor di TV jalan juga. Belanja klub juga jalan," tambah pria asal Surabaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: