Harga Getah Kubar Murah Karena Kotor

Harga Getah Kubar Murah Karena Kotor

Harga getah beku sebenarnya akan normal jika tidak dicampuri benda lain.

Sendawar, nomorsatukaltim.com –Azar (55), warga Kelurahan Barong Tongkok, adalah seorang petani karet. Yang Disway Kaltim temui pada Rabu 23 September.

Bukan rahasia lagi jika petani karet di Kubar mengalami masalah harga. Ya, harga jual produk karet beku mereka terlampau murah. Terlalu banyak faktornya. Salah satunya dari petani sendiri. Seperti diceritakan oleh pria yang akrab disapa Sar itu.

Sebenarnya harga getah karet di Kubar tidak murah. Namun budaya petani karet mencampur getah karet dengan kotoran kulit batang karet. Sehingga harga jual baik di Kubar maupun di Banjarmasin, Kalimantan Selatan beberapa tahun terakhir hingga saat ini, sangat rendah.

“Saya punya satu hektare kebun karet. Itu merupakan hasil kerja sama dalam kelompok tani Karya Makmur puluhan tahun silam,” katanya.

Sudah tahu kalau budaya curang itu berdampak buruk bagi petani sendiri. Sar mengaku tak tahan untuk tidak ikut-ikutan. Bukan apa-apa. Di kalangan petani, mencampur benda lain ke dalam karet cair sebelum dibekukan. Diyakini bisa menambah bobot karet.

Tapi lama kelamaan pabrik akan protes pada tengkulak. Karena kualitasnya rendah. Tengkulak kemudian membeli murah karet pada petani. Yakni seharga Rp 4 ribu per kilogram.

“Budaya petani lama itu harus dirubah. Karena kalau getah bersih saat ini di Kubar harganya mencapai Rp 7 ribu per kg,” bebernya.

Pernah suatu waktu Sar menores karetnya tanpa mencampurnya dengan kulit batang. Alhasil, satu hektare dalam sehari bisa memperoleh uang sedikitnya Rp 500 ribu.

“Kalau sekarang ini satu hektare jika getahnya bercampur kotoran batang, dapat hanya Rp 200 ribu atau Rp 300 ribu per hektaree,” paparnya.

Selain harga getah karet murah, permasalahan lain adalah perlunya peremajaan kebun karet bagi petani oleh pemerintah.

“Belum ada peremajaan. Tanaman karet saya sudah tua usianya. Sebenarnya dulu saat awal bibit dibagi kepada petani, ternyata banyak bibit aspal (asli tapi palsu),” kata dia terbahak-bahak.

Begitu juga dengan pupuknya, sekarang tidak pernah lagi dapat. Kalau saat pertama hingga berusia 7 tahun masih rutin dapat bantuan pupuk.

Penyakit Cacar Momok Petani Buah Naga di PPU, Selain COVID-19

“Saya memang belum pernah mengusulkan proposal bantuan. Tetapi kami berharap agar Pemkab Kubar membentuk Dinas Perkebunan. Agar fokus untuk petani tanaman kebun,” pungkasnya. (imy/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: