Investor Bawa Duit Rp 88 Triliun ke India

Investor Bawa Duit Rp 88 Triliun ke India

Setelah dinyatakan gulung tikar di China, Samsung memindahkan pabriknya ke India. (IN)

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Tren aliran modal asing di pasar saham India tampak kontras dengan yang terjadi di Indonesia. Investor asing terus melakukan aksi jual di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan di India, aliran modal masuk makin deras.

Ketika investor asing melakukan aksi jual bersih atau net sell senilai US$ 581 juta selama Agustus 2020 di Bursa Efek Indonesia, Bursa Mumbai justru kedatangan US$ 6 miliar lewat aksi beli bersih atau net buy oleh investor asing. Jumlah tersebut setara Rp 88 triliun. Dengan asumsi kurs Rp 14.750 per dolar AS.

Bloomberg mencatat, investor asing membukukan net buy di pasar saham India senilai US$ 6 miliar pada Agustus atau tertinggi sejak Maret 2019. Adapun bulan lalu, bertepatan ketika investor asing banyak yang keluar dari pasar saham China.

Minat investor asing masuk ke India tampak didorong oleh prospek pemulihan ekonomi Negeri Bollywood pasca pandemi.

Selain itu, indeks saham acuan di Bursa Mumbai yaitu S&P BSE Sensex sudah underperform dari indeks MSCI Asia Pacific sebesar 6,5 persen.

Senior Portfolio Manager GW&K Investment Management LLC, Nuno Fernandes mengatakan, India merupakan tujuan utama investasi perseroan bersama dengan China untuk periode 12-24 bulan ke depan.

“Saham di India mewakili salah satu area pertumbuhan tercepat di dunia,” kata Fernandes di New York, seperti dikutip Bloomberg pada Senin (7/9).

Adapun saham dari emiten, sektor keuangan menjadi favorit investor asing di India. Seperti saham ICICI Bank Ltd., Axis Bank Ltd., dan Housing Development Finance Corp. Keempat perusahaan sektor keuangan tersebut menghimpun dana senilai total US$ 4,7 miliar bulan lalu.

Aksi beli bersih investor asing di India, walaupun pertumbuhan ekonomi terkontraksi 23,9 persen pada kuartal II-2020, memperlihatkan optimisme pemulihan ekonomi setelah India membuka lockdown pada Juli 2020.

Fund Manager Fidelity International, Amit Goel mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan saham-saham sektor perbankan swasta, supplier, dan kesehatan selama 3 bulan terakhir.

“Kita perlu melihat lebih jauh dalam jangka pendek ini. Mengingat perusahaan akan diuntungkan oleh normalisasi aktivitas ekonomi,” kata Goel.

Kendati demikian, peningkatan kasus virus corona di India tetap menekan kepercayaan diri investor. Pada Senin (7/9), India telah menjadi daerah dengan infeksi tertinggi kedua di dunia sebanyak 4,2 juta kasus.

Indeks S&P BSE Sensex langsung turun 0,3 persen pada 10.54 pagi di Mumbai. Menghapus kenaikan pada awal perdagangan.

“Selama kasus COVID-19 berlanjut, lockdown di beberapa daerah (India) masih akan mengganggu pemulihan ekonomi,” kata Senior Investment Director for Asian Equity Aberdeen Standard Investment, Kristy Fong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: