Dibanding BP, Kerugian Pertamina Tergolong Kecil
Jakarta, nomorsatukaltim.com - Pertamina membukukan kerugian keuangan pada semester I-2020. Namun dibandingkan dengan perusahaan migas di negara-negara lain, ternyata kinerja Pertamina lumayan baik.
Pada paruh pertama 2020, Pertamina melaporkan kerugian sebesar US$ 761,24 juta. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan migas milik negara ini mampu meraup laba US$ 746,68 juta.
Dari sisi penjualan, Pertamina memperoleh US$ 20,48 juta pada semester I-2020. Turun sekira 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Penurunan terbesar dialami pendapatan dari penjualan minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak. Pada semester I-2020, pos ini menyumbang US$ 16,57 juta. Turun hampir 21 persen yoy.
Di sisi beban, rugi kurs yang paling memberatkan. Pada semester I-2020, Pertamina mencatat rugi kurs sebesar US$ 211,83 juta. Sementara tahun sebelumnya terjadi untung kurs US$ 64,59 juta.
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini mengatakan, pandemi virus corona (COVID-19) telah berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan pada semester I-2020. Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada kuartal II-2020 merupakan penjualan terendah yang pernah dibukukan perseroan.
Adanya Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) yang membatasi mobilitas masyarakat berdampak pada penurunan penjualan BBM. “Second quarter memang the lowest ever. Sangat berat situasinya,” tutur Emma.
Kemudian nilai tukar rupiah juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada semester I-2020, rupiah melemah 2,16 persen secara point-to-point. Sedangkan secara rerata, rupiah terdepresiasi 2,47 persen yoy.
Harga minyak dunia juga ikut menjadi beban bagi keuangan Pertamina. Pada semester I-2020, harga minyak Brent anjlok 37,65 persen. Sementara secara rata-rata, harga ambles 35.99 persen yoy. Pandemi virus corona memang sangat berdampak di sektor migas. Tidak cuma Pertamina, hampir seluruh perusahaan migas dunia mengalami kerugian.
Bahkan jika dilihat pencapaian perusahaan-perusahaan lain, kerugian Pertamina relatif minim. Dibandingkan para raksasa migas dunia seperti ConocoPhillips, ExxonMobil, Chevron, Total, Shell, BP, sampai Petrobras, kerugian Pertamina adalah yang paling sedikit.
Di antara perusahaan-perusahaan tersebut, BP menjadi yang paling nelangsa. Pada semester I-2020, perusahaan migas asal Inggris itu melaporkan kerugian US$ 21,21 miliar.
“Angka ini menggambarkan sebuah periode yang sangat menantang. Asumsi harga (minyak) dan write-off sejumlah proyek eksplorasi menyebabkan dampak yang besar. Namun secara garis besar kami tetap kuat dengan arus kas yang lancar dan operasional yang reliabel,” kata Bernard Looney, CEO BP, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Pada paruh kedua 2020, ada harapan industri migas dunia bisa bangkit. Pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) membuat aktivitas masyarakat dan roda ekonomi mulai bergulir kembali.
Harga minyak dunia pun merangkak naik. Rata-rata harga minyak jenis Brent pada April adalah US$ 23,34 barel/hari, dan pada Juli sudah naik menjadi US$ 42,81/barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: