Belum Ada Solusi Jitu Naikkan Harga Karet di Kubar

Belum Ada Solusi Jitu Naikkan Harga Karet di Kubar

Pabrik karet di Kubar yang awalnya ditargetkan bisa menjadi solusi rendahnya harga komoditi tersebut di Kubar. (Imran/ Disway Kaltim)

Sendawar, nomorsatukaltim.com – Hingga saat ini petani karet di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), masih meradang. Karena belum ada peningkatan harga getah karet.

Ekonomi masyarakat Kubar hampir 60 persen ditopang oleh komoditi karet. Data terakhir diketahui bahwa saat ini ada seluas 40 ribu hektar kebun karet petani tersebar di 16 kecamatan se-Kubar. Produksi getah karet Kubar perbulan mencapai 400 ton. Tetapi sayangnya, harga getah tak berimbang dengan harga kebutuhan pokok.

Pemkab Kubar sudah berupaya mendekatkan produsen dengan tempat pemasarannya. Namun hal itu belum membuahkan hasil yang baik.

Masih dalam masa pandemi ini, sejak penghujung bulan lalu, bukan terjadi peningkatan harga getah karet. Semula Rp 4.500 per kilogram (kg), kini malah turun menjadi Rp 3.700 per kg.

Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kubar sudah mencoba melakukan kerja sama dengan perusahaan pengolahan karet  di Palaran, Kota Samarinda.

“Namun tidak bisa maksimal,” jelas Kepala Disdagkop dan UKM Kubar, Salomon Sartono, Rabu (26/8).

Kendalanya adalah pabrik asal Samarinda itu hanya mau membeli getah karet cair. Sesuatu yang tidak bisa dipenuhi oleh para petani. Yang mayoritas menjual hasil panen dalam bentuk karet padat.

“Petani karet di Kubar mau praktis, cenderung membuat getah padat (kentalan),” ucapnya.

Hal lainnya adalah banyak petani yang memiliki ikatan dengan tengkulak. Atau yang orang Kubar sebut sebagai ijon. Serba sulit memang. Meski akan membeli karet dengan harga murah. Tengkulak bisa membayar terlebih dahulu.

Terikat kas bon, sontak para petani tak bisa menuntut lebih pada tengkulak.

“Tengkulaknya berasal dari Kalimantan Selatan,” jelasnya.

Pemkab kemudian menjalin kerja sama dengan pabrik karet dari Filipina. Beroperasinya di Kampung Rejo Basuki, Kecamatan Barong Tongkok. Berdirinya pabrik di dekat petani diharapkan bisa memangkas biaya perjalanan pada penjualan karet.

Petani bisa langsung menjual hasil toresnya ke pabrik tersebut. Tentu dengan beberapa mekanisme terlebih dahulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: