Berkat Internet, Warga Limunjan Tak Lagi Bakar Lahan

Berkat Internet, Warga Limunjan Tak Lagi Bakar Lahan

Ketiga, transmisi. Karena daerah yang dijangkau berbukit. Sehingga menggunakan IDR (Intermediate Data Rate). Transmisi ini untuk menjangkau layanan yang terhalang dari bukit. Akibatnya dibutuhkan biaya besar. “Rata-rata menggunakan kecepatan 4 mbps. Dimana 1 mbps membutuhkan cost Rp 30 juta. Dikali saja jadi Rp 120 juta,” beber pria kelahiran Tebing Tinggi.

Dia mengatakan, dalam membangun tower atau BTS diperlukan kerja sama semua pihak. Baik pemerintah maupun stakeholder lainnya. Karena untuk membangun tower sendiri diperlukan investasi yang tak sedikit. Bisa lebih Rp 1 miliar. “Tapi sekarang ada kebijakan penggunaan tower bersama sehingga mengurangi biaya,” tandasnya.

Setelah pembangunan BTS di wilayah 3T terealisasi. Selanjutnya melakukan pemeliharaan. “Untuk menjaganya kami bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, dan warga,” ujar pria yang sudah 2 tahun di Kalimantan.

Untuk daerah 3T layanan diberikan menggunakan satelit. Sehingga layanan yang diberikan 2G dan 3G dan limited 4G. “Karena daerahnya belum memiliki listrik, maka layanan dalam komunikasi voice. Dapat mengakses internet namun dengan kecepatan yang tidak tinggi,” ulasnya. Karena memang spot-spot tertentu tidak ada listrik.

“Kita menggunakan teknologi 3G sudah bisa menggunakan data. Tapi kalau kecepatan itu nggak ngejar. Namun terus mengupayakan agar seluruhnya bisa menggunakan data atau internet.”

Lalu bagaimana dengan traffic pemakaian di wilayah 3T dan perbatasan. Menurutnya, rata-rata yang digunakan adalah voice. “Jadi memang penggunaan datanya kecil seperti WhatsApp bisa dilakukan. Mereka (warga setempat) bisa menggunakan komunikasi WhatsApp, kalau kirim gambar butuh waktu dalam pengiriman. Kami juga terus membangun, ketika pada titik-titik tertentu diganti dengan microwafe,” terang dia.

Dalam membangun layanan komunikasi di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal tidak melihat jumlah investasi yang dikeluarkan. Namun yang harus diperhatikan bagaimana masyarakat di wilayah tersebut dapat menggunakan layanan komunikasi dan membangun digital.

“Konsennya lebih membangun sehingga tidak bicara investasi,” imbuhnya. Bahkan dalam membangun BTS juga tidak melihat jumlah penduduk. Misal di daerah perbatasan dimana area itu ada pos-pos yang membutuhkan jalur komunikasi. 

Sebagai informasi, Telkomsel telah menggelar infrastruktur jaringan lebih dari 228.000 BTS yang menjangkau lebih dari 95% wilayah populasi di Indonesia. Sebagian besar dari total BTS tersebut terkoneksi jaringan broadband berteknologi terdepan, 4G LTE.

Selain itu, secara khusus Telkomsel juga telah menggelar 20.000 BTS dan 1.083 BTS USO (Universal Service Obligation) untuk menjangkau wilayah 3T serta perbatasan negara demi menjaga kedaulatan bangsa Indonesia.

“Beroperasinya BTS broadband Telkomsel hingga ke wilayah 3T dan perbatasan negara mempertegas komitmen kami dalam menyediakan layanan broadband yang merata tanpa terkecuali. Sehingga upaya kami dapat membuat seluruh masyarakat memaksimalkan pemanfaatan layanan berbasis internet dan digital dengan kualitas yang setara,” tambah Rahmad Putra Jaya. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: