Ghibah Tilik
“Dadi wong ki mbok sing solutip!” sebuah kalimat meluncur dari mulut Bu Tejo. Ucapan itu ditujukan ke Yu Ning, teman debatnya sepanjang perjalanan menjenguk Bu Lurah. Tak disangka, ghibahan di atas bak truk sepanjang hampir setengah jam,-- dalam bahasa Jawa pula, menjadi trending berhari-hari.
Kalimat berarti kira-kira, “Jadi manusia itu seharusnya menjadi pemberi solusi!” diucapkan tokoh utama film pendek berjudul ‘Tilik’, menjawab kebingungan ibu-ibu yang gagal menjenguk Bu Lurah. Kalimat itu juga sindiran buat Yu Ning yang memberi informasi tak tepat soal kondisi Bu Lurah.
Para ibu kecewa karena tidak dapat menjenguk Bu Lurah karena masih menjalani perawatan di ICU. Padahal, mereka sudah menempuh perjalanan jauh. Sebagai obat kecewa, Bu Tejo mengajak ibu-ibu mampir ke Pasar Besar.
Tilik yang berarti menjenguk, disutradari Wahyu Agung Prasetyo. Spesialis film pendek yang kaya dialog bernas sejak enam tahun silam. Mak Cepluk (2014), Singsot (2016), dan Anak Lanang (2017), adalah karya Wahyu Agung yang banyak diapresiasi.
Soal Tilik, dalam berbagai pernyataan, Wahyu Agung mengaku tak menyangka bakal mendapat sambutan hangat. Pemenang Piala Maya 2018 ini hanya mengandalkan kekuatan dialog. Lagi pula, aktor yang bermain tidak begitu terkenal. Plus, sepanjang film, penonton hanya menyaksikan emak-emak bergunjing di bak truk.
Banyak faktor yang membuat film ini dibenci sekaligus dicintai. Seperti akting yang natural dari para pemeran. Atau kuatnya karakter Bu Tejo yang diperankan Siti Fauziah Saekhoni. Karena peran ini, sampai muncul kabar Siti Fauziah yang akrab dipanggil Ozie “dirisak” netizen. Mirip aktris Korsel, Han So Hee, yang sukses berat memerankan pelakor dalam The World of The Married.
Sepanjang dua hari terakhir, jagat per-twitter-an benar-benar heboh. Frasa Tilik, Gotrek, Yu Ning, dan lebih-lebih Bu Tejo, berada jajaran top ten trending Twitter Indonesia. Kata-kata itu ditimpali dengan aneka meme. Seperti gambar Bu Tejo dengan mimik muka ngenyek yang di bawahnya ada kalimat pembuka tulisan ini.
Atau potongan adegan ketika Bu Tejo sukses memprovokasi ibu-ibu buat ‘mengigit’ Pak Polisi yang akan menilang Gotrek, sopir truk yang mereka tumpangi.
Film yang disponsori Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta ini memang membidik fenomena yang sedang terjadi saat ini. Yaitu soal masifnya informasi di media sosial, kegemaran emak-emak membuat grup Whatsapp, a nih ji itau kebiasaan julid bin ghibah yang sebenarnya sudah lama ada.
Salah satu pesan yang tersembunyi dari dialog bernas film ini ialah mengedukasi masyarakat tak gampang percaya dengan informasi dari media sosial atau pesan berantai dalam grup WA.
Yang tergambar dalam pertanyaan Yu Ning kepada ibu-ibu “Kelingan pora, warga desa awake pernah kapusan obat herbal sing diiklanke internet?”
Tak salah kiranya adegan ghibahan ibu-ibu ini menjadi bahan ghibahan penghuni dunia maya. Dalam dua hari penayangan saja, film ini sudah disaksikan hampir 1,5 juta orang.
Silakan pembaca buka YouTube, cari Tilik, dan simpulkan sendiri filmnya. Jangan khawatir, meski sepanjang film dialog yang dipakai Bahasa Jawa, ada subtitel berbahasa Indonesia. (yos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: