Anggarkan SOA Barang

Anggarkan SOA Barang

Tanjung Selor, Disway – Selama ini, tak dipungkiri warga perbatasan cukup ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dari negara tetangga, Malaysia.

Apalagi, akses dari wilayah perbatasan yang masih sulit.

Misal, Krayan, Nunukan, atau di wilayah Apau Kayan, Malinau.

“Jadi, adanya anekdot yang mengatakan Garuda di dadaku dan Malaysia di perutku, itu benar adanya. Terutama ini menyangkut stok dan konsumsi masyarakat perbatasan,” ujar Kepala Bappeda-Litbang Kaltara, Risdianto ketika menjadi narasumber di Respons Kaltara, Rabu (12/8).

Namun demikian, kata Risdianto, sejak terbentuknya Kaltara sudah lebih 962 kilometer jalan telah tersambung, dari total 1.308 kilometer panjang garis perbatasan Indonesia - Malaysia. Baik akses jalan paralel maupun jalan pendekat.

Bahkan, lewat Sosial-Ekonomi Malaysia - Indonesia (Sosek Malindo), saat ini, pemerintah terus membangun komunikasi yang efektif, terkait bagaimana pemenuhan transaksi ekonomi yang dilakukan. Meliputi pemenuhan kebutuhan di wilayah perbatasan.

Selain melalui kerja sama dengan Malaysia, Kepala Disperindagkop-UKM Kaltara, Hartono mengaku untuk mengurangi disparitas harga di perbatasan, salah satu yang dilakukan dengan memberikan subsidi ongkos angkut (SOA) barang ke wilayah perbatasan.

"Memang kerja sama membuahkan hasil. Dan, kerja sama yang dilakukan berjalan dengan baik. Selain Sosek Malindo, SOA barang juga berpengaruh dalam perekonomian di wilayah perbatasan," ujarnya.

Dengan adanya SOA ke wilayah perbatasan, ditegaskannya sangat membantu. Selain membantu mengurangi ketergantungan barang dari Malaysia, juga mendorong warga perbatasan mencintai produk dalam negeri, karena proses pengiriman ke perbatasan cukup mudah.

"Itu salah satu perkembangan yang terjadi selama Kaltara terbentuk," ujarnya.

Sementara, Kepala BPS Kaltara, Eko Marsoro mengatakan, perekonomian Kaltara sampai saat ini tumbuh dengan baik.

Bahkan berbeda dengan daerah lain di masa pandemik COVID-19. Perekonomian Kaltara justru menunjukkan pertumbuhan yang positif.

"Pertumbuhan ekonomi di Kaltara kondisi normal tumbuh di angka 6 persen sampai 7 persen. Dan, itu tumbuhnya positif.

Sementara, daerah lain ada yang tumbuh negatif. Ini membuktikan kita di Kaltara, perekonomiannya cukup baik," ujarnya. */ZUH/REY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: