Prahara dan Duka Masyarakat Lebanon

Prahara dan Duka Masyarakat Lebanon

Kondisi terkini di Lebanon pasca ledakan dahsyat di Kota Beirut, Selasa (4/8) lalu. (IN)

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Ledakan di Kota Beirut, Lebanon, telah mengakibatkan 137 orang meninggal dunia dan 5.000 orang mengalami luka-luka. Selain itu, ribuan orang lainnya kehilangan tempat berteduh.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan sejauh ini penyebab pasti ledakan masih diselidiki. Namun, pemerintah tengah fokus pada 2.750 metrik ton amonium nitrat bahan peledak yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan.

Untuk menggambarkan kondisi terkini di Lebanon, baik dari segi politik, ekonomi, maupun sosial, berikut ini kami kutip secara lengkap artikel yang ditulis oleh cendekiawan Nahdlatul Ulama yang juga analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute Jakarta, Zuhairi Misrawi.


Ledakan mahadahsyat yang terjadi di Marfa’, Beirut, Lebanon menjadi perbincangan netizen di seantero dunia. Ledakan yang masih terus diinvestigasi melalui komite pencari fakta ini merupakan peristiwa yang di dalamnya menimbulkan misteri. Ia di permukaan sebagai tragedi kemanusiaan, tetapi di tengah gejolak politik yang menghiasi Lebanon dalam setahun terakhir dan tahun-tahun lampau, tentu bukan hal yang biasa.

Laporan sementara, ledakan berasal dari gudang penyimpanan amonium nitrat yang mencapai 2.750 ton atau setara 1.000 bom. Cuaca yang panas dan keteledoran pihak pengelola gudang di kawasan pelabuhan itu menyebabkan bahan kimia tersebut tersulut api, terbakar, hingga menyebabkan ledakan besar yang terdengar hingga radius 180 km. Konon, dampak kehancurannya dapat dirasakan hingga radius 5 km.

Dari video yang viral di media sosial, kita dapat merasakan betapa mengerikannya ledakan tersebut. Dilaporkan lebih dari 100 orang tewas, dan 4.000 lainnya luka-luka. Beberapa keluarga masih terus melaporkan perihal keluarganya yang hilang tertimbun reruntuhan. Sekitar 300.000 warga Beirut kehilangan tempat tinggal, dan kerugian ditaksir mencapai 5 miliar dolar AS.

Pemerintah Lebanon berjanji akan menyampaikan hasil investigasi dalam lima hari setelah kejadian yang mematikan itu. Hasilnya akan disampaikan kepada publik. Sementara ini untuk keperluan investigasi, seluruh pihak yang terkait dengan gudang penyimpanan bahan kimia itu sedang menghadapi tahanan rumah. Semua pihak di Lebanon mempertanyakan, kenapa bahan yang berbahaya itu disimpan terlalu lama.

Pertanyaan tersebut tidak bisa dianggap sepele, mengingat sejak merdeka pada 1943, Lebanon kerapkali menghadapi berbagai gejolak politik yang terus menyertai perjalanan sejarah negeri yang dikenal dengan "Swiss-nya Timur-Tengah". Selama 15 tahun, dari 1975 hingga 1990, Lebanon terlibat dalam perang saudara. Konflik dengan Israel pada 1982, dilanjutkan perang Israel-Hizbullah pada 1996 dan 2006. Pada 2005, Perdana Menteri Rafik Hariri tewas dalam bom.

Terlepas dari itu semua, pihak-pihak asing terus memainkan kartu politik di Lebanon. Arab Saudi, Iran, Amerika Serikat, Israel, Rusia, dan Prancis tidak mau ketinggalan memainkan pengaruhnya pada politik dalam negeri Lebanon. Sebab itu, Lebanon tidak pernah lepas dari gejolak politik. Setiap peristiwa politik yang terjadi di dalam negeri Lebanon sejatinya harus dibaca dalam peta geopolitik yang lebih luas.

Tuntutan investigasi yang menyeluruh terhadap ledakan di gedung penyimpanan amonium nitrat pun tidak terlepas dari kemungkinan adanya pihak-pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tragedi mengerikan tersebut. Publik menuntut adanya penyelidikan dan penyidikan yang bersifat transparan dan akuntabel, sehingga dapat ditemukan pihak yang bersalah dan dimintai pertanggungjawaban.

Sejauh ini ada beberapa spekulasi yang muncul ke permukaan. Pertama, Israel menjadi pihak yang ditengarai berada di balik peristiwa tersebut. Pasalnya, dalam seminggu terakhir, muncul ketegangan antara Israel dan Hizbullah. Israel membunuh pasukan elite Hizbullah di Suriah. Sontak, Hizbullah melakukan pembalasan terhadap Israel di Lebanon Selatan, yang merupakan perbatasan langsung dengan Israel.

Tokoh sayap kanan, fundamentalis Yahudi dikabarkan menyampaikan euforia terhadap kejadian di Beirut, bahkan menyebutnya sebagai hadiah terindah bagi Israel. Hal ini memunculkan spekulasi, jangan-jangan Israel sedang membuat skenario ketidakpercayaan terhadap rezim yang berkuasa saat ini, di mana Hizbullah menjadi bagian penting dalam elite Lebanon saat ini.

Kedua, Hizbullah tak luput dari sorotan sebagai pihak yang ditengarai terlibat dalam peristiwa mematikan ini. Narasi ini aktif dimainkan oleh Amerika Serikat dan Israel, yang mengaitkan antara pengadilan terhadap kematian Rafik Hariri dengan ledakan tersebut.

Namun, keterlibatan Hizbullah dalam peristiwa ini sangat tidak masuk akal. Hizbullah menjadi bagian dari elite politik Lebanon saat ini. Sangat tidak mungkin Hizbullah melakukan hal yang ceroboh. Hizbullah justru sedang berjuang untuk memastikan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi sebagai bagian dari tuntutan warga Lebanon yang mulai gerah terhadap rezim yang berkuasa saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: