Patna, Diswaykaltim.com - Setidaknya 147 orang telah terbunuh oleh sambaran petir di Negara Bagian Bihar, India. Dalam 10 hari terakhir. Cuaca musim muson yang parah telah membuat para petani semakin terancam terkena sambaran petir.
Pihak berwenang dilaporkan mencatat 26 kematian terkait petir pada Kamis (2/7/2020) pekan lalu. Diikuti 15 kematian pada Jumat (3/7/2020). Dan 21 lainnya pada Sabtu (4/7/2020). Lebih lanjut, 40 orang telah terluka karena kondisi cuaca yang mendukung pertanian terbukti menjadi pedang bermata dua. Yang mematikan bagi masyarakat setempat.
Korban tewas akibat sambaran petir di daerah itu sejak awal Maret telah meningkat menjadi lebih dari 215 orang. Departemen Meteorologi India memperingatkan, serangan petir yang lebih ekstrem diperkirakan terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Tahun ini korban tewas akibat sambaran petir di India telah jauh melampaui tahun-tahun sebelumnya. Pada 2019, sekira 170 orang tewas oleh sambaran petir di Bihar selama musim hujan. Yang berlangsung dari Juni hingga September.
Otoritas negara mengembangkan dan merilis aplikasi ponsel pintar. Yang membantu memprediksi periode peningkatan serangan kilat. Sehingga memperingatkan penduduk setempat. Namun, karena Bihar adalah negara bagian termiskin di India, banyak petani dan buruh tidak memiliki ponsel pintar.
“Karena curah hujan yang baik tahun ini di bulan Juni, petani keluar di ladang pertanian. Air sawah juga menarik listrik dan petani di lapangan bertindak sebagai konduktor listrik dari badai,” jelas Sunitha Devi, anggota kelompok kerja badai petir Kementerian Ilmu Bumi.
Ahli agrometeorologi Bihar, Abdus Sattar mengatakan, peningkatan serangan itu disebabkan oleh ketidakstabilan berskala besar di atmosfer. Yang disebabkan oleh meningkatnya kelembaban di udara. Yang dipasok oleh Indian Ocean Dipole (IOD).
IOD adalah fenomena alam. Yang juga dikenal sebagai Niño India. Di mana suhu permukaan laut sangat berubah di bagian timur dan barat samudera. Dengan dampak dramatis pada cuaca. Peristiwa seperti kekeringan Australia dan kebakaran hutan berikutnya di awal 2020, banjir Jakarta, bahkan serangan belalang secara masif di Afrika timur dan anak benua India semuanya telah diperburuk oleh IOD. (oke/qn)