Komoditas Perkebunan di Kaltim Perlu Bibit Unggul

Kamis 25-06-2020,11:20 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Samarinda, DiswayKaltim.com - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul) Profesor Rusdiansyah  mengungkapkan Kalimantan Timur memerlukan bibit unggul agar dapat meningkatkan kualitas produksi perkebunan.  

Saat ini, komoditas perkebunan masih didominasi kelapa sawit, yang masih mendapat pembatasan dari Uni Eropa. Lahan perkebunan tanaman ini, bahkan mencapai 88 persen dari 1,3 juta hektare total luasan lahan perkebunan yang ada di Bumi Etam. Padahal, komoditas perkebunan non sawit lainnya. Seperti karet, kelapa, lada, dan kakao juga potensial untuk dikembangkan.

Rusdiansyah menyebut, tanaman lada dan kakao sempat menjadi komoditas unggulan daerah ini. Di era tahun 70 hingga 80an. Sebelum pertambangan dan kebun sawit masuk di Kaltim.

"Lada dulu primadona kita. Sepanjang jalan di Loa Janan dipenuhi kebun lada. Itu plasma nutfah kita," katanya, Rabu (24/6).

Namun, sejak pertambangan dan kebun sawit mulai masuk di Kaltim. Banyak lahan perkebunan yang dialihfungsikan. Rusdiansyah pun mulai khawatir. Luasnya lahan perkebunan sawit mulai mengancam lahan tanaman pangan.

Rusdiansyah juga menyebut, pada tahun 90an pemerintah sempat mengadakan program penanaman kelapa hibrida di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kertanegara (Kukar). Namun tidak dibarengi dengan sarana penunjang. Seperti ketersedian pupuk dan pabrik pengolahan. Alhasil, program tersebut tidak berkembang.

Saat ini, pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan Kaltim mulai kembali mengembangkan komoditas perkebunan tersebut. Lada mulai dikembangkan kembali di daerah Berau. Begitu pula dengan tanaman perkebunan lainnya. Seperti karet, kakao, dan kelapa.

Rusdiansyah mendukung sepenuhnya program tersebut. Karena menurutnya potensi komoditas tanaman perkebunan cukup besar. Baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Yang ia sayangkan, mayoritas petani-petani di Kaltim masih menjual produk mentah. Seharusnya, komoditas perkebunan bisa diolah menjadi produk setengah jadi. Agar mendapat harga jual yang lebih tinggi.

Selain itu kata dia, pengadaan bibit unggul masih menjadi permasalahan bagi para petani lokal. Para petani masih sering kesulitan untuk mendapatkan bibit berkualitas bagi lahan perkebunan mereka. "Petani lada di Berau selama ini pesan bibitnya dari Lampung. Pemerintah seharusnya bisa membantu petani untuk merilis bibit varietas," ungkap Rusdi.

Ia juga berharap pemerintah bisa lebih berkontribusi dalam pengelolaan produk perkebunan secara berkelanjutan. Mulai dari pengadaan bibit unggul, perluasan lahan perkebunan, pengolahan, pemasaran, hingga produksi komoditas perkebunan menjadi produk bernilai tambah.

Serta didukung dengan penyuluhan dan pembinaan kepada para petani dan pekebun. Sehingga para petani bisa memiliki pemahaman tentang cara menanam dan proses pemeliharaan yang baik. Hingga mengolah produksi perkebunan menjadi produk bernilai tambah.

"Sekarang petani kan asal jual aja. Jadi perlu dilakukan penyuluhan dan pembinaan. Diedukasi bagaimana menyiapkan produk setengah jadi," pungkasnya. (krv/yos)

Tags :
Kategori :

Terkait