Dua analis pasar saham Indonesia memprediksi bursa sepekan ke depan melemah terbatas. Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan cenderung konsolidasi melemah dengan support di level 4.900 sampai 4.821 dan resistance di level 4.970 sampai 5.018.
Beberapa sentimen yang mungkin mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan depan adalah investor masih memperhatikan gelombang kedua pandemi COVID-19.
Peningkatan kasus di Amerika dan negara Afrika menimbulkan kekhawatiran terjadinya gelombang kedua. Ketika ekonomi aktif kembali, ternyata terjadi semakin banyak infeksi yang memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih pada Juli-September setelah suram pada April-Juni.
Harapan akan pemulihan ekonomi yang cepat, pudar setelah pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dan ekonom IMF Gita Gopinath. Data ekonomi akan mendapat perhatian pelaku pasar.
Data penjualan ritel yang membaik membuat optimisme pasar, tetapi ketika angka pengangguran di bawah harapan pasar membawa sentimen negatif bagi pasar. “Perkembangan data ekonomi akan sangat mempengaruhi pergerakan pasar saham," kata Hans.
Selain itu, pasar menanti stimulus besar-besaran dari Uni Eropa yang diperkirakan di sepakati di Juli. Sementara itu, obat dexamethasone mengurangi kematian pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit hingga sepertiga. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar.
Sedangkan tensi Geopolitik Asia yang memanas juga menjadi perhatian pelaku pasar. "Konflik Korea Utara dan Korea Selatan serta India dan China menjadi perhatian pelaku pasar," ujar Hans.
Dari dalam negeri, banyak sentimen positif diantaranya penurunan bunga acuan oleh Bank Indonesia dan pemberian rating "overweight" atas saham-saham di Indonesia oleh JP Morgan. Overweight adalah rekomendasi yang memprediksi aset-aset investasi di negara tersebut akan meningkat melebihi saham atau aset lain yang menjadi patokannya.
Senada dengan Hans, Djie Hadi Kusumo memperkirakan indeks masih akan bergerak melemah terbatas. Hal ini disebabkan tren pertambahan kasus baru COVID-19 masih terus bertambah. Kebijakan pelonggaran sosial yang diterapkan pemerintah, masih dinanti oleh pasar. Dari luar negeri, karena market US sudah recovery, maka The Fed mulai mengurangi stimulus berupa pembelian aset secara masif.
Sehingga ini menjadi test bagi market, untuk membuktikan bahwa kenaikannya selama ini, bukan hanya berdasarkan stimulus masif dari The Fed.
Sektor yang diperhatikan, tetap finance. Dengan tetap fokus di BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, dan satu sektor konsumer yaitu GGRM. Karena bulan Juli , biasanya GGRM akan membagikan dividen, dan RUPS akan dilakukan 2 minggu sebelumnya, guna memutuskan jumlah dividen yang akan dibagikan.
GGRM harga saat ini 49.000, sedangkan dividen tahun lalu adalah sebesar Rp.2.600/lembar saham. Untuk dividen tahun ini, kemungkinan akan lebih besar dari itu.
TLKM harga saat ini 3.280, juga akan juga akan bagi dividen sebesar Rp.154/lbr. Kisaran IHSG pekan ini support 4.700 – dan resistance 5.140. (ant/fey/yos)