Hotel di Balikpapan Mengandalkan Cuan dari Restoran

Jumat 19-06-2020,11:10 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Sejak Pemerintah Kota Balikpapan melonggarkan aktivitas perekonomian sepekan lalu, industri perhotelan belum banyak berubah. Keterisian kamar masih minim.  Pendapatan yang diperoleh belum banyak membantu menutupi operasional.

Industri perhotelan di Balikpapan terus melakukan konsolidasi internal untuk mencari model bisnis yang sejalan dengan adaptasi kenormalan baru. Beberapa diantaranya dengan mempersiapkan strategi penjualan dan pelayanan yang berbeda. Hal itu dilakukan demi menutupi biaya operasional yang besar, sementara pendapatan belum beranjak membaik.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Sahmal Ruhip menuturkan selama masa pandemi rata-rata tingkat okupansi hanya 10 persen. Bahkan ada yang tidak terisi.

Sepinya pengunjung disebabkan kegiatan yang mengumpulkan orang dilarang sehingga hotel dan restoran tidak memperoleh pendapatan. Ini membuat biaya operasional sulit dibayar.

“Saat ini industri hotel sedang memulai kembali bisnisnya. Saya belum bisa memprediksi seberapa besar jumlah hunian meski sudah ada kelonggaran yang diberikan,” jelas Sahmal Ruhip, Kamis (18/6).

Kemungkinan pada bulan pertama penerapan, hotel akan melakukan penyesuaian dengan melihat situasi dan kondisi. Menurutnya, memasuki fase normal ini penyesuaian mulai dilakukan. Tapi tak menjamin hotel akan ramai kembali seperti semula.

“Karakteristik Kota Minyak tidak sama dengan daerah lainnya. Jadi tergantung dengan pola yang diterapkan pemerintah. Jika kegiatan usaha lain bergerak kegiatan seperti rapat bisa dilaksanakan di hotel, itu baru bisa berpengaruh,” tukasnya.

Di pertengahan Juni ini, beberapa hotel mulai menerima tamu setelah sebelumnya memutuskan tutup sementara. Seperti hotel Jatra yang kembali beroperasi, Blue sky yang membuka restorannya dan dilanjutkan secara bertahap pada 20 Juni nanti disusul sejumlah hotel lainnya.

Direktur Operasional Hotel Platinum Balikpapan, Soegianto mengatakan selama pandemi orang yang datang menginap paling banyak dua orang. Jauh dari kondisi normal yang mencapai ratusan.

“Walau ada kelonggaran hunian masih sama saat pandemi. Tamu yang ingin mengadakan rapat dan pertemuan di hotel juga belum ada,” ucapnya. Apalagi resepsi pernikahan juga belum mendapat lampu hijau dari pemerintah.

Faktor lain yang menyebabkan minimnya tingkat hunian hotel ialah persyaratan penerbangan ke Balikpapan yang dinilai sangat berat. Yakni, pendatang wajib melampirkan swab test yang harganya lebih mahal dari tiket pesawat.

Meski begitu, Soegianto tetap optimistis. “Untuk menaikkan pendapatan kita pakai berbagai strategi. Kita memang harus inovasi,” kata Soegianto.

Seperti jalan yang ditempuh pelaku industri perhotelan lainnya, yakni dnegan meningkatkan penjualan dari restoran. “Berbagai promosi kami berikan salah satunya promo diskon untuk Canton Restorant yang menyediakan menu dimsum dan kuliner lainnya. Bisa makan di tempat, take away dan delivery,” kata dia. Untuk layanan pesan antar makanan, hotel ini menggratiskan biaya.  

Meski promosi yang diberikan itu belum juga mendongkrak pendapatan, namun manajemen Platinum Balikpapan akan tetap bertahan dan memberikan pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan.

Inovasi pelayanan hotel dan restorant juga dilakukan oleh Blue Sky. Sejak 2 Juni lalu restorannya mulai membuka berbagai menu yang disertai gratis antar layanan. “Pembukaan hotel dengan menerapkan protokol kesehatan. Kami juga menyediakan masker apabila tamu tidak membawa masker,” sebut General Manager Hotel Blue Sky Balikpapan, Novriwendi R Tamin.

Tags :
Kategori :

Terkait