Nelangsa SMPN 13 Samarinda, Dua Tahun Ruang Kelas Diserang Banjir dan Longsor

Rabu 17-06-2020,21:27 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Samarinda, DiswayKaltim.com - Material tanah seketika memenuhi di dua ruangan kelas. Tembok beton kelas jebol. Tertimpa material tanah yang tergerus air. SMP N 13 kini semakin nelangsa.

Sejak dua tahun terakhir, dua ruangan kelas di sekolah di Jalan RA Kartini, Kelurahan Lempake, Samarinda Utara ini terpaksa dikosongkan dari kegiatan belajar mengajar. Hal itu dikarenakan tumpukan tanah longsor di luar ruangan kelas, terus meninggi setiap kali turun hujan. Dikhawatirkan akan membuat tembok kelas jebol. Hingga akhirnya, prediksi itu benar terjadi. Ketika hujan kembali mengguyur Samarinda pada Senin (15/6/2020) lalu.

"Longsor itu menimpa gedung buat dua kelas VII. Memang sengaja kami kosongkan karena bahaya, daripada siswa celaka," kata Kepala SMP 13 Samarinda, Baharudin.

Akibatnya sebanyak 60 siswa dari dua kelas tersebut terpaksa berbagi ruangan. Demi mengenyam ilmu. "Untuk menyiasatinya, ruang yang tidak dimanfaatkan, jadi difungsikan untuk kelas, seperti ruang lab dan aula," sambungnya.

Pihak sekolah bahkan sempat memberlakukan jadwal masuk sekolah. Salah satu siasat lain untuk ruang kelas yang minim. 710 siswa harus bergantian masuk sekolah. Ada yang masuk pagi dan siang. Pihak sekolah bahkan harus memutar otak. Agar kegiatan belajar mengajar tetap lancar. Seperti aula sekolah terpaksa diberikan sekat pembatas agar bisa menjadi tiga ruangan kelas. Siasat lain di ruangan yang minim adalah memanfaatkan gedung kelas yang masih mangkrak pembangunannya. "Gedung itu belum jadi dan proyeknya sudah nggak jalan lagi. Tadinya rencana mau dibuat enam lantai, itu sebelum saya menjabat kepsek di sini (SMP 13). Karena minim kelas jadi kita pakai itu," sebutnya.

Mantan guru matematika di SMPN 6 itu menduga, penyebab tanah longsor itu terjadi dari aktivitas pematangan lahan. Ada juga pembangunan perumahan dan tambang.

"Semenjak ada pematangan lahan di area belakang tak jauh dari sini, sama tambang kecil-kecil itu lah. Sudah ada sebelum saya menjabat. Tapi ditahun (2020) ini yang semakin parah," katanya.

Baharudin membeberkan permasalahan yang dihadapi sekolah SMP N 13 tak hanya tanah longsor saja. Namun juga banjir yang kerap mengganggu aktivitas belajar mengajar. Hujan intensitas tinggi pasti terendam. Ketinggiannya bisa mencapai lutut orang dewasa.

Tanggul dari beton setinggi 30-50 sentimeter terpaksa dibuat di setiap pintu ruangan. Sehingga ketika air menggenang tak langsung masuk dalam ruangan. Usaha untuk mengajukan bantuan sejatinya telah dilakukan. Namun hingga kini pihak sekolah urung jua mendapatkan sokongan dana.

Baharudin berencana akan mengajukan kembali proposal guna mendapat bantuan. "Terus terang saya dari tahun 2017 menjabat sampai sekarang, hanya sekali dapat bantuan rehab gedung sekolah dari dana pusat. Hari ini juga baru pengurusan DAK (Dana Alokasi Khusus) untuk rehab toilet sekolah," jelasnya.

Dirinya berharap agar pemerintah dapat memperhatikan SMP N 13 Samarinda. Setidaknya mendapat bantuan untuk melakukan renovasi ruang kelas yang kini mulai termakan usia. "Saya sudah berbincang sama pak Wagub, disarankan buat proposal ke Diknas Samarinda, nanti ditebuskan ke provinsi. Semoga saja nanti dapat perhatian," pungkasnya.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda Asli Nuryadin angkat bicara. Ia mengatakan sudah mengusulkan perbaikan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda. "Saya juga sudah dapat informasi kalau kabar ini sudah sampai ke Pak Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi," ungkapnya uang ditemui di ruang kerjanya, Rabu (17/6).

Asli sendiri memberikan saran kepada Kepala Sekolah SMP 13. Untuk meminta Dinas PUPR agar menurap tanah tersebut. Lalu memperbaiki gedung sekolah.

"Itu akan kita follow up, dan kita berharap adanya perhatian. Dari PUPR Kota Samarinda, Bappeda Samarinda, dan dari Provinsi juga ada ada bankeu untuk penurapan terus yang dari pusat itu yang saya tahu dari DAK (Dana Alokasi Khusus) untuk membangun ruang kelas baru atau renovasi," terangnya.

Asli sendiri mengaku sangat prihatin dengan kondisi sekolah tersebut. Ia menyampaikan tidak hanya pemerintah kota saya yang perlu memperhatikan kondisi sekolah-sekolah seperti halnya SMP 13. Tetapi peran dari orangtua, paguyuban, dunia usaha, masyarakat, dan juga pemerintah pusat juga perlu.

Tags :
Kategori :

Terkait