Samarinda, DiswayKaltim.com - Setelah COVID-19, masyarakat pun dianjurkan berdamai dengan banjir. Caranya dengan membangun rumah panggung. Anjuran itu sempat diposting melalui akun instagram Pemkot Samarinda. Meski akhirnya dihapus.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadis Kominfo) Samarinda Aji Syarif Hidayatullah menanggapi postingan itu. Disebutkan dalam postingan tersebut menunjukkan rumah panggung yang berdomisili di Jalan Pemuda III bisa dijadikan acuan. Agar rumah tidak tergenang banjir. Namun menurut Dayat, sapaan akrabnya, itu merupakan kesalahan dari salah satu stafnya. Yang menjadi admin di akun Instagram Pemkot. Kata Dayat postingan rumah panggung tersebut merupakan inisiatif dari stafnya saja.
“Namun salahnya di-posting di akun instagram Pemkot Samarinda,” ucapnya.
Dayat mengaku sudah meminta klarifikasi dari stafnya tersebut. Dari pengakuan itu, memang tidak ada menyebutkan kalau postingan rumah panggung itu berasal dari idenya Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang.
“Intinya sudah diklarifikasi, harusnya ada narasumber, memang iseng tapi salahnya dia menulis di akun official Pemkot Samarinda,” katanya.
Dayat menegaskan ia juga telah menegur staf-nya itu. Dan meminta agar tidak mengulangi kembali.
“Saya sudah menginstruksikan jika sifatnya pribadi maka dilakukan di akun pribadi, karena itu kan tidak ada komentar dari wali kota, dan pejabat-pejabat lainnya, murni dari idenya pribadi,” jelasnya. Adapun postingan tersebut saat ini sudah dihapus oleh admin IG Pemkot Samarinda.
Usulan itu dianggap kurang tepat. Oleh Pengamat Tata Kota, Farid Nurrahman. Ia sempat memertanyakan maksud dari postingan tersebut. Farid sapaan karibnya, mengatakan tidak relevan bila dengan rumah panggung banjir tak lagi menyusahkan warga kota tepian. Desain rumah panggung juga tak bisa dipaksakan. Apalagi dengan tipologi perumahan saat ini.
"Kenapa lebih fokus ke rumahnya, tidak ke permukimannya. Perbedaannya begini, fokus ke permukiman artinya fokus drainasenya, sungainya, dan lain-lainnya bukan ke rumahnya," ungkapnya, Jumat (29/5/2020) sore.
"Tidak bisa disalahkan juga kalau masyarakat membangun rumah dengan tipologi zaman sekarang," sambungnya.
Farid menambahkan seharusnya lebih baik ada upaya menyatukan persepsi antara masyarakat, pemerintah dan legislatif. Untuk menyelesaikan masalah banjir di Samarinda. Permasalah ini harus diselesaikan secara teknis. Bukan politis.
"Harusnya dijadikan titik balik menyatukan persepsi antara masyarakat, pemerintah dan legislatif. Itu untuk menyatukan suara masalah ini dan diselesaikan secara teknis bukan secara politis. Karena selama ini, banjir di Samarinda juga menjadi masalah politis bukan masalah teknis saja," tegas Farid.
Disebutkan harus ada upaya program jangka panjang yang tak hanya pembangunan fisik, yaitu persoalan tata ruang kota yang mesti dibenahi baik secara zona maupun aturan.
"Kalau dilihat dari urgensinya jangka pendek SKM dan permukiman. Kalau jangka panjang tata ruang. Bukan bicara fisik lagi tetapi zona dan aturan. Kemudian rekayasa teknologi menghadapi banjir. Kalau misalnya bikin rumah panggung enggak menyelesaikan masalah," pungkasnya. (nad/m5/boy)