Warga Terpaksa Lebaran Idulfitri Ditengah Pandemi dan Banjir

Rabu 27-05-2020,18:31 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Situasi banjir di Jalan dr Soetomo. (Nada/DiswayKaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Suasana lebaran kali ini cukup terasa sedih bagi beberapa masyarakat Kota Samarinda. Pasalnya, selain pandemi corona yang masih terjadi di kota dengan logo Magnificent Samarinda ini, bencana banjir kembali terjadi. Salah satunya di Kecamatan Samarinda Ulu, Jalan Dr Soetomo. Nurliana, wanita berumur 35 tahun ini mengaku sedih karena harus berlebaran ditengah bencana banjir dan pandemi. "Kondisinya menyedihkan, sedih," ucapnya yang ditemui di kediamannya, Rabu (27/5/2020). Kata Nurliana, banjir di kawasan tersebut setinggi paha orang dewasa. Pemerintah yang diharapkan bisa memberi bantuan, nyatanya baru memberikan nasi bungkus kepada warga Kelurahan Sidodadi itu. "Kalau mi belum ada. Pampers ada lewat sekali," tambahnya. Dia juga bercerita ditempat tinggalnya ini memang sering terjadi banjir. Bahkan, dalam setahun ini banjir sudah 3 kali terjadi. "Maunya enggak banjir," harapnya. Dampak ekonomi yang terjadi kepada Nurliana tentu merosot. "Bukan hanya merosot, tetapi terjun payung," katanya. Pekerjaan Nurliana sebagai pengupas bawang di pasar Segiri. Bawang tersebut juga milik orang lain. Karena adanya pandemi oorona bawang yang disetor kepadanya untuk dikupas pun sedikit. "Saya sudah memiliki 3 anak. Ada yang baru mau masuk SD, ada yang naik kelas, buku-buku saya belum beli," ujarnya. Mengenai sekolah di rumah dia mengatakan bahwa berbeda sekali dengan anak-anak yang harus rutin menempuh pelajaran di sekolah. Dia mengaku rutin membantu anaknya belajar di rumah. "Kalau gurunya kasih tugas, paling lewat online begitu," lanjutnya. Tak jauh berbeda dengan Muhammad Yani pria 67 tahun ini. Ia juga mengaku sedih. Tetapi soal masalah banjir, ia merasa biasa karena mulai dulu hingga kini sering terjadi. "Terus tambah Corona lagi. Artinya apa, bener kata presiden, harus di rumah saja. Kita tinggal mengharapkan ke pemerintah daerah saja," katanya. Lelaki parubaya ini bekerja sebagai supir angkot. Pendapatannya menurun karena harus di rumah saja semenjak Corona. "Dulu bisa sampai Rp 50 ribu sehari bersihnya, sekarang cuma Rp 20 ribu. Itu yang sudah bersihnyaRp 20 ribu," jelasnya Untuk bantuan kadang-kadang saja ia mendapatkan, dan hanya apa adanya. Ia sendiri tinggal bersama 6 orang anaknya. 3 orang sudah menikah, dan 3 lagi belum menikah. "Ada yang masih SMK," singkatnya. Ia berharap pemerintah bisa konsisten mengatasi banjir di Kota Samarinda. Karena sebelumnya ia pernah mendengar akan ada turap yang mau dibangun, namun hingga kini hal itu masih sekedar ucapan saja. "Mau ganti lagi walikotanya. Kita harapnya bagus sungai ini, kan pejabat tiap hari lewat sini," tutup Yani diakhir wawancara. (nad/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait