Situasi banjir di Perumahan Bengkuring sudah mencapai pinggang orang dewasa. (M5/DiswayKaltim)
Samarinda, DiswayKaltim.com - Sudah empat hari banjir tak kunjung surut. Rusdianto warga Jalan Pemuda III, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang akhirnya memilih mengungsi ke rumah kerabatnya.
Pria 27 tahun itu memilih meninggalkan rumah, lantaran stok makanan instan telah habis sejak tiga hari lalu. Yang tersisa hanya makanan bayi. Selama di rumah, ia dan istri terpaksa memakan makanan bayi milik putranya.
Rasa khawatir bertemu orang banyak akibat wabah pandemi, menjadi alasannya untuk tak memilih keluar rumah selama kebanjiran. Ditambah lagi bantuan sebagai warga terdampak banjir juga tak kunjung datang.
"Sama hari ini, sudah empat hari kebanjiran. Mau keluar, aksesnya susah karena banjir. Jadi terpaksa makan makanan bayi punya anak saya," ucapnya kepada media ini Selasa siang (26/5/2020).
Dibantu petugas, keluarga kecil Rusdianto meminta untuk dievakuasi. Rencananya ia akan mengungsi di rumah sang kakak di kawasan Kelurahan Makroman, Sambutan.
"Listrik dan air juga sudah mati dua hari ini, jadi ngga bisa lagi bertahan dirumah lagi. Sebentar saya minta jemputan kakak, karena motor juga terjebak dirumah," tandasnya.
Rudianto merupakan salah satu dari ribuan warga yang terdampak banjir di Kota Tepian. Sebagian besar warga memilih untuk mengungsi. Namun ada pula yang memilih tetap tinggal dirumah, meski dalam keadaan kebanjiran. Pasalnya banjir kali ini dibarengi oleh Pandemi Covid-19.
"Sebenarnya sudah ada himbauan dari pihak kelurahan setempat. disuruh pergi untuk mengungsi. Saya mending milih tetap dirumah saja, takut terkena corona. Ya sekalian jaga barang-barang dirumah," ucap Arip korban terdampak banjir di Jalan Gelatik, Kecamatan Sungai Pinang.
Pria 37 tahun itu mengaku sudah kebanjiran selama tiga hari. Air baru mulai meninggi dikawasan tempat tinggalnya pada hari lebaran pertama. Ketinggian air di kawasan tersebut sempat mencapai 45 sentimeter hingga 1 meter.
"Tapi hari ini mulai ada surut, ya sekitar 5 sentimeter lah kira-kira," kata Arip.
Serupa yang dialami oleh Rusdianto. Arip mengaku belum menerima bantuan dari pemerintah selama kebanjiran. Saat ini ia berharap segera mendapatkan bantuan berupa perlengkapan wanita dan bayi.
"Kalau bisa diberi bantuan lilin juga. Listrik sudah padam dua hari ini," ungkapnya.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda hingga Selasa siang (26/5), banjir masih menggenangi di tiga kecamatan.
Sudah ada 47.281 dari 14.775 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak banjir. Dengan titik banjir terparah berada di Perumahan Bengkuring dan Perumahan Griya Mukti, ketinggian air di dua lokasi tersebut mencapai hingga satu meter.
Saprianur 37 tahun, warga Jalan Asparagus, Perumahan Bengkuring, Samarinda Utara, akhirnya memilih mengungsi. Tak ada alasan untuk tetap tinggal dirumah, pasalnya ketinggian air sudah sedada orang dewasa atau sekitar 1 meter. Ia menjadi penghuni terakhir dirumahnya, anak dan istri sudah lebih dulu mengungsi kerumah keluarga.
"Tadinya untuk jaga barang dirumah. Tapi ini sudah sedada, mending ngungsi saja, dirumah saya kedinginan. Anak dan istri sudah duluan ngungsi," ucapnya.
Selama kebanjiran, lanjut Arip, baru hari ini ia menerima bantuan berupa nasi bungkus. Menurutnya, selain bantuan makanan cepat saji, warga kini sangat membutuhkan obat-obatan. Air yang menggenang dipemukiman selama empat hari sudah membuat warga mengalami gatal-gatal.
"Airnya bikin gatal sudah ini, karena banjirnya kan sudah berhari-hari. Sebelum lebaran," tandasnya.
Warga lainnya di Perumahan Bengkuring, bernama Darli (49), mengeluhkan hal yang serupa. Pemerintah dianggap lamban memberikan bantuan kepada korban terdampak banjir. Selama kebanjiran baru kali ini ia menerima bantuan berupa makanan nasi bungkus.
"Seharusnya dari hari lebaran pertama kami sudah dipikirkan. Kondisi kami kan ngga sama dengan banjir lalu. Ekonomi kami sudah terkuras karena Corona. Sekarang banjir lagi. Padahal kami sangat membutuhkan bantuan," cetus Darli.
Darli menaruh rasa kecewa kepada Pemerintah Kota Samarinda yang dianggap telah gagal menyelesaikan masalah banjir. Pasalnya banjir sudah ketiga kalinya menerjang pemukiman dalam kurun waktu setahun.
"Ini paling parah. Dalam setahun sudah tiga kali. Kecewa sih, banjir malah sudah kayak teman, kayaknya pemerintah memang tidak bisa selesaikan masalah banjir," pungkasnya. (M5/boy)