Sektor Properti Jalan di Tempat, Pengembang Minta Keringanan Cicilan Bank

Selasa 19-05-2020,14:03 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Sektor properti yang sulit bangkit semakin terpuruk di tengah ekonomi sulit akibat wabah. Pengembang pun menahan diri dan hanya menjual rumah yang sudah tersedia. (Ferry Cahyanti/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Sejak triwulan pertama 2020, sektor yang menunjukkan kinerja tidak tumbuh di antara sektor lainnya adalah sektor properti. Dalam kondisi normal pun, sektor properti masih belum bangkit dari keterpurukannya. Ditambah pandemi COVID-19 yang memasuki triwulan kedua, nasib sektor properti masih terpuruk. Hal ini terlihat dari tingkat penjualan baik residensial maupun komersial yang mengalami stagnasi. Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Balikpapan Andi Arif Mulya mengatakan, penjualan rumah memasuki titik nadir sejak pemerintah memberlakukan pengetatan aktivitas. “Sama seperti kebanyakan bisnis yang lain. Nggak jalan,” kata Andi Arif saat dihubungi Senin, (18/5). Dengan kondisi tersebut, maka pengusaha properti lokal menahan ekspansi dan menjual perumahan yang telah tersedia kepada konsumen. Berkaitan dengan pemberian relaksasi oleh pemerintah, REI menilai skenario yang diharapkan pemerintah sulit terwujud. “Karena banyak karyawan dirumahkan, atau tetap bekerja tapi gaji dikurangi. Jadi spending mereka untuk kebutuhan pokok dan ditabung,” ulasnya. Pemerintah menaikkan batasan gaji calon konsumen rumah bersubsidi atau MBR dari Rp 4 juta menjadi Rp 8 juta. Hal itu dilakukan untuk menggerakkan industri properti. Menurut Andi Arif, penjualan terhadap properti tetap jalan dan kantor pemasaran pengembang masih aktif. Namun, transaksi hampir tidak ada. “Yang sudah dan bisa kami lakukan adalah meminta kepada pihak bank memberi keringanan kepada nasabah yang pembayaran dengan mencicil,” kata dia. Selain itu, meminta memberikan fasilitas kemudahan pembayaran kredit pengembang. Selanjutnya, dia menambahkan, agar properti mampu bertahan maka strategi di akhir tahun terus ditingkatkan. Dengan mencari konsumen namun tidak seagresif sebelumnya. Pengembang juga melakukan efisiensi perusahaan dan retrukturisasi pembayaran. “Kita hanya diminta untuk menahan nafas lebih lama,” tekan Andi Arif. Direktur Utama PT Rachmat Agung Sentosa (Rachmat Group) Andi Sangkuru mengatakan, pihaknya memberikan konsumen hadiah untuk meningkatkan penjualan perumahan. Pada triwulan pertama tahun ini belum menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan pada periode yang sama 2019. “Masih stagnan, walau pada awal tahun COVID-19 belum masuk ke Indonesia,” ujar Andi Sangkuru. Ia menyebutkan, saat ini yang dilakukan adalah menjual rumah yang tersedia dan belum melakukan ekspansi. “Semua pengusaha wait and see,” tandasnya. Pada Maret pihaknya berhasil menjual 3 unit rumah, sementara bulan April tidak ada transaksi. Adapun relaksasi yang diberikan pemerintah menurutnya belum memberikan stimulus bagi pengusaha. Karena itu, pihaknya berharap kondisi ini agar cepat berakhir dan penjualan properti kembali normal. Berdasarkan data yang dilansir Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, pada triwulan I kredit konsumsi mengalami perlambatan yang hanya mampu tumbuh 2,13 persen. Lebih redah dari tahun lalu yakni 6,74 persen. Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Thomy Andryas mengatakan, kredit konsumsi melambat karena memang sektor properti dari jatuhnya ekonomi Kaltim 2014 lalu masih belum bisa bangkit. Kredit properti periode triwulan IV tahun lalu -0,6 persen. Triwulan kali ini kembali -1,98 persen. Di sisi lain, NPL dari KPR masih tinggi yakni 7 persen “Kredit modal kerja dan investasi tumbuh bagus, geliat usaha di Balikpapan awal tahun inj memang sedang positif. Ditambah lagi, pengelolaan produk CPO B20 menjadi B30. Semoga kondisi ini masih terus bisa berjalan atau tidak ada perubahan,” tutupnya. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait