Pasar Ekspor Rumput Laut Semakin Terbuka

Selasa 12-05-2020,20:57 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Membidik pasar ekspor rumput laut semakin mudah dengan adanya pelayaran internasional langsung. Namun alangkah lebih baik jika Kaltim membangun pabrik. Dengan begitu nilai produk akan semakin tinggi. (antara) Samarinda, DiswayKaltim.com- Ekspansi pasar ekspor rumput laut akan membantu mendongkrak pendapatan di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini. Rumput laut saat ini kontribusinya sangat besar terhadap nilai produksi perikanan budi daya nasional. Kontribusi rumput laut mencapai lebih dari 60 persen dari total produksi perikanan budi daya nasional. Dengan terus menggenjot ekspor dan membuka peluang pasar baru diharapkan akan mendongkrak devisa yang saat ini terganggu akibat dampak ekonomi COVID-19. Saat ini, pemerintah serius untuk menggarap industrialisasi rumput laut nasional. Sebagai langkah awal, Ditjen Perikanan Budidaya telah menetapkan road map untuk membangun industrialisasi rumput laut. Termasuk bagaimana percepatan produksi di hulu. "Ini yang akan terus kita dorong agar produktivitas di hulu lebih optimal," ucap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, Senin (11/5). Dari Kaltim, pada 30 Maret lalu, ekspor rumput laut menembus pasar Korea Selatan. Eksportir Samuel Kurniawan Ang mengatakan per bulan ia bisa mengumpulkan hingga 20 ton rumput laut. Pengiriman saat itu melalui pelayaran internasional langsung (direct call) dari Kaltim Kariangau Terminal (KKT). Hal ini pun sangat membantu dapat mendorong para pengusaha Kaltim untuk melebarkan pangsa pasar komoditas dagangannya. “Baru pertama kali ekspor langsung ke Korea. Ikut kapal yang 30 Maret kemarin,” ujar Samuel kepada Disway Kaltim beberapa waktu lalu. Sebanyak 1 kontainer berukuran 20 feet rumput laut berlayar menuju negeri ginseng. Dengan kapasitas 11,5 ton rumput laut (seaweed) jenis Eucheuma Cottonii atau rumput laut merah. Rumput laut jenis ini biasanya diolah menjadi penganan, bahan dasar mi dan tepung karagenan. Serta digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik. Owner CV Multi Sarana Jaya ini menyebut, banyak membeli rumput laut dari petani dan pengepul di Bontang dan Tarakan. Karena memang, rumput laut jenis Eucheuma Cottonii banyak tumbuh di dua daerah tersebut. Sementara rumput laut jenis Gracilaria yang bisa tumbuh di perairan tawar, bisa ditemukan di daerah Handil, Samboja. Harga beli rumput laut petani berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilo gram. Tergantung harga jual di pasaran. “Harga pasang surut. Kalau permintaan banyak, harga bisa tinggi,” terangnya. Sebelum melakukan ekspor, Samuel biasa mengirim produk rumput lautnya ke berbagai daerah. Mulai dari Surabaya, Jakarta, hingga Makassar. Baik ke pabrik olahan mau pun ke eksportir lokal untuk dikirim ke pasar luar negeri. Produk rumput laut dagangannya, juga bersaing dengan produk rumput laut dari Bali, NTT dan Sulawesi. Samuel biasa membeli rumput laut dengan kondisi kering dari petani dengan kadar air 36 hingga 39 persen. Semakin kering, semakin bagus harganya. Proses pengeringan biasanya menghabiskan waktu 5 hingga 6 hari dalam cuaca panas. Namun jika cuaca mendung, proses pengeringan bisa mencapai 2 minggu. Kabupaten Kutai Kartanegara juga sedang menjalankan program revitalisasi tambak di Muara Badak. Seiring waktu berkembang menjadi budi daya. “Kita berharap ada investasi disini untuk  membangun pabrik pengolahan turunannya,” ucap Bupati Kukar Edi Damansyah.   Dia menambahkan pengembangan secara tradisional saja sudah memberikan dampak ekonomi bagi petani rumput laut. Apalagi jika didukung infrastruktur pendukung.   Pemkab sendiri berupaya mencari investor yang berminat mengembangkan budi daya rumput laut. Sementara ini, petani rumput laut di Muara Badak hanya mengirim produknya ke Sulawesi. dalam bentuk produk mentah. Lantaran belum ada pabrik yang mengolah produk turunan dari rumput laut.   Sementara itu petani sekaligus pengepul rumput laut di Muara Badak Kasmidi, mengaku sudah memiliki enam kolam. Dengan luas 30 meter persegi. Sekali panen dengan jangka waktu 40 hari, ia mampu memanen satu ton lebih.   Harga  per kilogram rumput laut mencapai Rp 17.000 hingga Rp 20.000. Kasmidi mengaku menjual ke Makassar. Karena di sana sudah ada pabrik pengolahan. Para petani dan pengepul pun pun berharap, ke depan komoditi rumput laut bisa diserap maksimal di dalam daerah. Dengan mendirikan industri pengolahan di Kaltim. Agar rumput laut, bisa diproduksi sebagai barang jadi atau minimal setengah jadi. Agar harga lebih stabil dan nilai jual yang lebih tinggi. Karena raw material atau bahan baku masih sulit dijual. Karena Eropa dan AS tidak menerima barang mentah. (an/krv/mrf/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait