Alat Rapid Test Diimpor dari Korea Selatan, Tingkat Keakuratan 80 Persen

Kamis 07-05-2020,21:52 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Ilustrasi. Samarinda, DiswayKaltim.com – Guna mendeteksi dini potensi penularan COVID-19, Pemkot Samarinda membeli alat uji cepat yang akurat. Immunofluorescence Assay namanya. Diimpor dari Korea Selatan. Pembelian sendiri diperoleh melalu anggaran dana tidak terduga. Dan dipesan langsung dari negeri ginseng. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda, dr Osa Rafshodia, alat immunofluorescence assay ini akurasinya mendekati ketepatan PCR (Polymerase Chain Reaction). "PCR ini biasa digunakan untuk menguji sampel swab pasien yang menentukan status terkonfirmasi COVID-19 atau tidak," jelasnya, Kamis (7/5/2020) di Samarinda, Kaltim. Kemudian untuk semua reagen atau bahan reaksi juga diimpor dari negara tersebut. Fungsi dari alat immunofluorescence assay ini adalah mengukur kadar antibodi. Parameter pengukurannya langsung menyebutkan angka kadar antibody si pasien. Karena itulah alat ini digunakan untuk rapid test. Cara kerjanya adalah melalui tes kualitatif. Dimana hasilnya bisa terlihat berdasarkan garis yang terbentuk. "Kalau garis merah yang terbentuk lebih dari satu maka kemungkinan tes itu reaktif," kata dr Osa lagi. Dengan tes Immunofluorescence ini, tim medis bisa melihat angka kadar antibodi yang timbul. Sebagai contoh untuk mengukur kadar IgM (immunoglobulin M). Nanti akan muncul angka. Misalnya 0,8 atau 0,9. Kemudian mengukur angka immunoglobulin G. Dengan kata lain, alat ini bisa mengukur apakah seseorang punya kekebalan atau tidak. Apakah reaktif terhadap virus atau tidak. Sehingga, tambahnya, hasil yang didapat tidak hanya sekedar positif atau negatif. Reaktif atau tidak reaktif. “Namun muncul angka,” imbuhnya. Dr Osa menjelaskan, dari sisi epidemiologi, mengetahui kadar antibodi seseorang sangat penting. Dia mencontohkan, jika melakukan tes dengan immunofluorescence ini secara massal di puskesmas nantinya, akan terlihat daerah mana saja yang immunoglobulin M-nya tinggi. Dari situ Diskes bisa memprediksi. Apakah ada transmisi yang bersifat cepat atau tidak. Sehingga dikses bisa mendeteksi lebih awal. Potensi penyebaran pun bisa ditekan. Meski demikian, uji swab PCR tetap dilakukan. Guna memastikan pasien positif atau negatif COVID-19. Sejauh ini, sebut dr Osa, hasil dari immunofluorescence yang ditemukan itu sangat mendekati hasil PCR. Jika angknya lebih dari 1,1, maka hasil PCR adalah positif. Dr Osa juga menambahkan telah melakukan tes sebanyak 275 kasus dan dari berbagai elemen. Untungnya, semua hasil negatif. Diskes Samarinda juga telah melakukan tes rapid sebanyak 1.375 kasus. Termasuk yang menggunakan alat terbaru ini. Hingga kini, belum ada bukti bahwa Samarinda akan mengalami transmisi lokal. Pekan ini pun Diskes akan mempersiapkan skenario memperluas tes Imunofluoresensi untuk pasien di puskesmas. Hal itu guna memantau orang dalam pemantauan (ODP) serta pasien-pasien yang ada di sana. “Dengan ini juga kami akan mampu memetakan hotspot daerah yang berpotensi terjadi transmisi lokal, dan akan mengambil langkah-langkah bersama gugus tugas,” lugasnya. Terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Diskes  Samarinda Ismed Kosasih juga menuturkan cara kerja alat tersebut. Yakni dengan mengambil sampel darah pasien. Atau lebih tepatnya serum plasma pasien yang dilihat. Ismed menyebut ada tiga jenis test COVID-19 yang dilihat. Yakni Real Time-Polymere Chain Reaction (RT PCR), Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Rapid Diagnostic Test (RDT). “Untuk di Samarinda kita pakai yang RDT," katanya. RDT sendiri merupakan tes cepat dan sederhana yang dipakai untuk mendeteksi antibodi terhadap COVID-19. Jika hasil tes RDT positif, harus dikonfirmasi dengan tes RT-PCR. "Tingkat akurasi kurang lebih 60 persen sampai 80 persen,” pungkasnya. (nad/boy)

Tags :
Kategori :

Terkait