Prospek Bisnis Daring di Masa Pandemi

Rabu 29-04-2020,11:39 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Salah satu kemajuan teknologi dan penggunaan smartphone yang tepat. Pedagang tradisional di Pasar Pagi, Jalan Yos Sudarso, Samarinda menggunakan QR Code sebagai sistem pembayaran. (Dian Adi Probo Pranowo/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com - Di masa pandemi ini ruang gerak aktivitas menjadi sangat terbatas. Kemampuan ekonomi melemah. Namun ada pintu-pintu untuk tetap produktif. Bahkan menjanjikan di masa pembatasan sosial sekarang ini. Yaitu, memanfaatkan smartphone sepintar namanya. Gadget yang hampir dimiliki setiap orang dewasa ini bisa menjadi alat untuk berbisnis dalam jaringan (daring) atau online. Banyaknya sektor di bisnis online, membuat pelaku usaha yang ingin berinvestasi perlu menerka bisnis-bisnis online apa saja yang menangguk untung di era COVID-19. Wiraswasta sekaligus pendiri platform startup Bahaso, Tyovan Ari Widagdo menilai terdapat beberapa sektor bisnis startup yang berpeluang populer dan menguntungkan di era pandemi saat ini, seperti e-commerce, edutech, dan kesehatan. Menurut Tyovan, sektor-sektor bisnis startup yang justru karena pandemi ini mengalami kenaikan bisnis yang signifikan. Dimana platform kesehatan online seperti, Halodoc menjadi populer karena membantu publik yang hanya ingin mengonsultasikan dan diagnosis kesehatan secara online. Bisnis e-commerce juga menjadi kebutuhan utama publik dalam bertransaksi di masa pandemi ini. Mengingat masyarakat takut berbelanja secara langsung sehingga untuk pembelian beberapa kebutuhan dilakukan secara online. Selain platform bisnis e-commerce nasional yang sudah mapan, saat ini juga bermunculan platform e-commerce lokal. Terutama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok. Anak-anak muda di beberapa kota membuat e-commerce lokal untuk membantu proses pembelian barang dari konsumen ke pasar. Di Balikpapan, Misbahul Arifin, pemuda lulusan Stikom menciptakan aplikasi belanja Pandan Sari Store. Sebuah aplikasi yang terhubung langsung dengan Pasar Pandan Sari. Mulanya aplikasi ini untuk membantu orang tuanya yang berdagang sayuran. “Pesanan meningkat saat imbauan social dan physical distancing,” katanya, kepada Disway Kaltim beberapa waktu lalu. Hal serupa juga dilakukan Pemerintah Kota Samarinda melalui aplikasi Behambinan. Yang diciptakan untuk menggantikan pasar Ramadan. Masyarakat bisa berbelanja bermacam penganan hanya melalui telepon genggam. Aplikasi ini merangkul banyak UMKM. Dalam bentuk sederhana, berjualan online juga bisa dilakukan ibu rumah tangga (IRT) memanfaatkan sosial media. Mengandalkan jejaring pertemanan di Facebook, Instagram bahkan aplikasi chat WhatsApp sudah bisa meraup untung. Berikutnya, ada bisnis startup collaboration tools seperti aplikasi Zoom dan GotoMeeting yang menjadi populer di era pandemi COVID-19. Peluang di sektor ini diambil oleh perusahaan-perusahaan asing mengingat di Indonesia sendiri masih sedikit atau bahkan tidak pelaku yang memanfaatkan peluang di bisnis ini. Di samping itu, dari sektor agrikultur seperti platform TaniHub juga menjadi popular. Kemudian bisnis startup lainnya yang ketiban hoki di era COVID-19 adalah sektor teknologi pendidikan atau edutech, seperti Ruangguru, Zenius dan lainnya. Tyovan mengatakan, bahwa para pelajar saat ini juga sudah tidak mungkin belajar di sekolah akibat pandemi. Sehingga mereka belajar di rumahnya masing-masing secara daring. Popularitas sektor edutech tidak akan berhenti di era pandemic. Mengingat bisnis di industri ini akan terus berkembang dalam kondisi pandemi di mana masyarakat dipaksa untuk berinteraksi dengan teknologi. Pemerintah pun mengimbau masyarakat agar menggunakan telepon seluler (ponsel) cerdas untuk menunjang taraf ekonomi di tengah tantangan menghadapi wabah COVID-19. “Ponsel cerdas, penggunanya juga harus cerdas. Jadi jangan hanya digunakan sebagai alat komunikasi tapi digunakan membantu kehidupan kita,” kata Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kemenko Perekonomian Gede Edy Prasetya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (28/4/2020). Ia mengharapkan, di tengah pandemi COVID-19 ini, masyarakat tidak terbawa pengaruh pola hidup orang yang secara ekonomi sudah mapan.  Sehingga tidak sekadar digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat. “Sehingga ponsel ini hanya sebagai alat, mohon maaf, disebut pamer atau bermewah, tidak. Jadi kita mengharapkan, bisa menggunakan ponsel cerdas untuk berbagai tujuan meningkatkan nilai kehidupan kita,” imbuhnya. Gede menyebut potensi berbisnis melalui ponsel pintar sangat besar di Indonesia. Alasannya karena kepemilikan smartphone oleh masyarakat sangat tinggi. Pada 2018 saja mencapai 46 persen. Dengan komposisi yang banyak itu, kata dia, juga mendukung pertumbuhan pembayaran secara digital melalui ponsel cerdas. Metode pembayaran untuk transaksi digital menggunakan ponsel sebagai instrumennya saat ini juga beragam, kata dia, salah satunya dengan uang elektronik. Dia menjelaskan sebanyak 85 persen dari pengguna uang elektronik berbasis seluler dan memiliki akun di bank. Kondisi itu, kata dia, sekaligus mendorong tingkat inklusi keuangan kepada masyarakat Indonesia. Aplikasi pembayaran juga kini banyak bermunculan mendukung kegiatan berbisnis daring. (an/eny2)

Tags :
Kategori :

Terkait