Distribusi Sembako Hanya Libatkan Ojol, Para Sopir Angkot di Samarinda Kecewa

Senin 27-04-2020,14:20 WIB
Reporter : Bayu
Editor : Bayu

Para sopir angkot yang tergabung dalam Orgatrans kecewa terhadap Pemkot Samarinda yang hanya melibatkan transportasi online dalam pendistribusian sembako. (ist) ===================== SAMARINDA, Diswaykaltim.com - Organisasi Gabungan Transportasi (Orgatrans) kecewa distribusi sembako dari Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda hanya menggunakan jasa Ojek Online (Ojol). Mereka menilai, hal ini sama saja pilih kasih antar sesama jasa transportasi. Karena saat ini, semuanya sedang dilanda krisis pendapatan ekonomi akibat pandemik COVID-19. Tercatat saat ini, ada sebanyak 508 orang sopir angkot Samarinda yang tergabung dalam Organtrans. Dan seluruhnya mengeluhkan minimnya penumpang hingga mengalami kerugian. Apalagi setiap harinya, mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) setiap harinya. Ketua Orgatrans, Kamaryono mengaku, penurunan ini bukan hanya disaat COVID-19 ini saja. Tapi semenjak kalah saing dari jasa angkutan transportasi online. Namun selama ini lanjutnya, para sopir Angkot tetap berusaha menjalankan jasa transportasi tersebut untuk tetap punya pendapatan ekonominya, meski peminatnya (penumpang) menurun drastis. "Ibaratnya itu hidup segan mati tak mau. Atau kalau diibaratkan penyakit, kondisi kami ini sudah stadium empat. Tapi kami masih yakin dan berpendirian. Kehidupan kami, rejeki kami berasal dari angkot ini," ungkapnya kepada Disway Kaltim, Senin (27/4/2020). Ia pun membeberkan pendapatan per hari mereka hanya di bawah Rp 70- 50 ribu. Bahkan saat ini, pendapatan itu sangat sulit diperoleh oleh para sopir angkot. Sehingga mereka perlu merogoh kantong lebih dalam untuk bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. "Kami keliling saat ini sepi sekali. Kalau pun ada cuma dua, nggak nutup biaya bensin, belum lagi setoran Rp 50 ribu ke pemilik angkot," keluh Kamaryono. Ditambah dengan kebijakan Pemkot Samarinda terkait pendistribusian paket sembako ke warga. Ia menyayangkan hanya memilih menggunakan jasa transportasi online untuk mengantarkan paket tersebut. "Yah mungkin karena staf khusus Presiden itu pimpinannya ojek online. Makanya lebih ke online yang diperhatikan, kami nggak diperhatikannya," singgungnya dengan penuh kecewa. Dirinya pun menilai, para sopir angkot sangat jelas terdampak krisis akibat COVID-19. Jasa yang mereka kerjakan tidak lain sebagai transportasi penumpang. Tetapi kalau jasa transportasi online (ojol) masih bisa bekerja, karena ada orderan makanan dan lainnya lewat aplikasi. Seharusnya pinta dia, pemerintah juga melibatkan pihaknya dalam upaya pendistribusian paket sembako. Maka akan lebih banyak memuat paket sembako dalam sekali pengantaran."Jika satu ojek online hanya mengangkat satu paket sembako, maka angkot dapat mengangkat 20 paket sembako," tegas Kamaryono Sehingga nanti, pihaknya akan mengajukan permohonan ke Dinas Sosial (Dinsos) agar jasa sopir angkot dapat terlibat dan diikut sertakan dalam pendistribusian paket sembako pada jadwal mendatang. "Kalau tidak begitu (ajukan permohonan), bisa mati kelaparan teman-teman ini,” ucapnya. “Kenapa kami melakukan ini? Karena kami ingin diperhatikan juga. Biar asap dapur kami ini masih bisa ngebul juga (kebutuhan pakan terpenuhi),” cetusnya. (Ar/Byu)

Tags :
Kategori :

Terkait