MOSKOW, NOMORSATUKALTIM - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menyatakan agar Amerika Serikat menahan diri secara maksimal dalam hubungannya dengan Rusia mengingat masih adanya risiko konflik nuklir.
Meningkatnya kontak dan dialog yang substantif, katanya, membuat risiko "berada di tepi jurang konflik nuklir" tidak perlu dibesar-besarkan, meski upaya berkelanjutan tetap dibutuhkan.
"Risiko konfrontasi ini tetap ada dan belum terselesaikan. Banyak hal akan bergantung pada bagaimana pemerintahan Trump bertindak di masa depan," kata Ryabkov dalam wawancara yang disiarkan stasiun TV Rossiya-1 dikutip Antara, Sabtu, 27 Desember 2025.
Dia menatakan, Rusia berharap pemimpin AS menunjukkan tingkat tanggung jawab tertinggi dalam hubungannya dengan Moskow, sebuah prinsip yang secara aktif didorong oleh Rusia.
BACA JUGA: Natal di Berbagai Dunia, Doa untuk Wujudkan Perdamaian di Wilayah Dilanda Konflik
Rusia juga mendesak Barat untuk tidak berspekulasi tentang kapan perang besar akan pecah, tetapi fokus pada langkah-langkah untuk mencegah perang tersebut.
"Saya lebih memilih tidak berspekulasi atau berteori tentang skenario terburuk," katanya. "Siapa pun yang berharap bisa mengalahkan Rusia dalam konflik terbuka yang melibatkan koalisi Barat di bawah panji NATO, sangat keliru," jelasnya.
Ryabkov juga memperingatkan mereka yang berusaha mengalahkan negara bersenjata nuklir. "Secara definisi, hal itu mustahil dan merupakan jalan pasti menuju bencana."
Menurut Ryabkov, dalam beberapa tahun terakhir, Rusia menyoroti aktivitas NATO yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang perbatasan barat negara itu.
BACA JUGA: Pengungsi Kamboja Tembus 300.000 Orang, Thailand Nyatakan akan Lanjutkan Aksi Militer
Pemerintah Rusia menyatakan mereka tidak mengancam siapa pun, tetapi tidak akan mengabaikan tindakan yang mengancam kepentingan nasionalnya.