Tren baru seperti JOMO (Joy of Missing Out) menawarkan alternatif yang lebih sehat: menikmati ketidakhadiran tanpa rasa bersalah. Dalam perspektif komunikasi, JOMO adalah bentuk komunikasi reflektif ketika seseorang memilih untuk hadir secara penuh di dunia nyata tanpa tekanan validasi digital.
Penutup
FOMO adalah cermin dari cara kita berkomunikasi di dunia yang terus bergerak. Ketakutan untuk tidak diperhatikan sebenarnya berakar dari kebutuhan manusia akan koneksi dan penerimaan.
Namun, tanpa kesadaran komunikasi yang sehat, kebutuhan itu bisa berubah menjadi kecemasan sosial yang melelahkan.
Sudah saatnya kita menata ulang cara berkomunikasi di era digital: tidak sekadar untuk terlihat ada, tetapi untuk benar-benar bermakna hadir.
Karena dalam komunikasi yang sadar dan autentik, perhatian sejati tidak perlu dikejar ia tumbuh dari kehadiran yang tulus.
*Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Slamet Riyadi