Upaya Menggeser Dominasi Sektor Pertambangan

Minggu 15-03-2020,22:30 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Sangatta - Dalam mewujudkan kemandirian bagi masyarakat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim memberdayakan secara optimal agrobisnis dan agroindustri. Kutim tidak ingin selalu bergantung pada dunia pertambangan. Di ketahui, selama ini Kutim masih bergantung pada pertambangan dalam pengembangan perekonomian daerah. Secara struktural ekonomi, Kutim didominisi tambang sebanyak 81,52 persen. Itu pertanda bahwa lebih dari tiga per empat volume dan roda perekonomian daerah Kutim dikuasai tambang batu bara. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan sumber daya. Di mana sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Hal inilah yang menjadi tekad Pemkab Kutim untuk meningkatkan mobilisasi agrobisnis dan agroindustri. Agrobisnis dalam pengertiannya adalah mengkaitkan pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian dan dalam arti luas. Dihubungkan dengan nilai tambahnya yaitu bisnis. Bisnis dalam artian rancang bangunan, rekayasa di bidang apapun diharapkan mendapat nilai tambah kebaikan bagi masyarakat di sekitarnya. Kemudian untuk agroindustri, pertanian disebut untuk agroindustri sebagai muatan untuk mewujudkan pembangunan untuk suatu daerah. Bupati Kutim Ismunandar dalam komitmennya menyatakan, membangun Kutim dari desa. Hal itu menjadi mimpi yang perlahan kian nyata terwujud. Infrastruktur jalan, listrik dan spam air sudah masuk ke daerah pelosok di Kutim. Tahap demi tahap terus dijalankan agar terwujudnya kemandirian bagi masyarakat Kutim. “Kemandirian yang kita masukan di sini adalah kemandirian yang melengkapi semua fasilitas hidup masyarakat untuk mencapai bahagia dan juga mencapai kesejahteraan. Maka oleh karena itu pada lima tahun lalu atau empat tahun lalu kita Pemda memberanikan diri menetapkan bahwa visi kita untuk mencapai kemandirian,” paparnya. Senada, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Edward Azran menambahkan, pada 2017 awal pemerintahan yang dilaksanakan oleh Ismu-KB yang mengusung tema pembangunan, menetapkan pelayanan dasar dan infrastruktur dasar. Pelayanan dasar dan infrastruktur dasar ini lebih fokus di desa. Karena kaitannya dalam rangka mempercepat akses dan juga menaikkan nilai ekonomi. Sekaligus menurunkan biaya produksi. Pada 2018, Pemkab meningkatkan produksi pangan untuk mencapai surplus komoditas. “Skenario planning-nya adalah kita lengkapkan infrastruktur. Kita benahi komoditas. Kita naikkan pemantapan komoditas. Kita tingkatkan nilai tambah. Kemudian kita capai produk unggulan yang kita miliki. Selama lima tahun, itulah planning-nya,” ungkap Edward. “Maka pada 2019 lalu, kita memantapkan produksi pangan dengan komoditas unggulan. Tahun 2020 ini kita meningkatkan komoditas. Pada 2021 yang kita impikan adalah setahun lagi kita meningkatkan produk unggulan yang memmiliki daya saing. Sehingga dia akan bisa mem-back up menuju arah kemandirian,” tambahnya. Seacara nasional juga Indonesia menetapkan tema pembangunan untuk meningkatkan industri dan pariwisata di berbagai bidang. Didukung investasi. Sementara di provinsi menumbuhkembangkan industri hilir yang mendukung ekonomi kerakyatan dan ekonomi kawasan. Edward mengatakan, sebagaiman konsep yang disampaikan Bupati Kutim Ismunandar, Kutim harus siap untuk hijrah. Memindahkan roda ekonomi yang terlampau monoton oleh tambang. Kutim bisa menggeser ekonomi non generatif ini menjadi ekonomi generative. Selama 20 tahun Kutim hanya bisa menggeser sekitar 6 persen dari sektor pertanian kehutanan dan perikanan. “Ini adalah kerja berat kita dan hampir semua alokasi pembangunan diarahkan mendukung perkembangan pertanian. Insyaallah kurang lebih 25 tahun dari sekarang. Kekuatan tambang kita akan berakhir dan kita harus mengganti dengan ekonomi baru,” tegas Edward. Penyediaan pangan dan sumber daya lokal, kelembagaan pertanian, dan kapasitas produksi seharusnya menjadi unggulan yang dioptimalkan pada 2021. Meliputi infrastruktur dasar, jalan, jembatan, pelabuhan, air bersih, telekomunikasi, perangkat kesehatan, perangkat kebudayaan, pendidikan, dan lainnya perlu disempurnakan. Air baku, air bersih, kelistrikan perlu disediakan secara merata di pada 2021. “Pengembangan sistem jaringan irigasi perlu ditingkatkan. Dalam rangka menaikkan kemandirian pangan daerah. Ini yang perlu kita siapkan. Maka pada 2021 kita harapkan komunitas agrobisnis harus didorong hingga tingkat regional,” sarannya. “Kemudian tantangan perekonomian di Kutim ke depan adanya disparitas kesejahteraan masyarakat yang berbeda antara tengah, hulu, dan hilir. Berikutnya fluktuasi harga batu bara yang cenderung menimbulkan efek negatif bagi masuknya royalti batu bara bagi Kutim,” jelasnya. Kata Edward, keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dinaikkan dengan menguasai teknologi tepat guna atau tekhnologi tertentu. Dengan begitu, diharapkan akan menaikkan kesejahteraan rakyat. Keragaman hayati yang dimiliki harus dimanfaatkan dengan baik. Agar mendukung pariwisata, kebudayaan, serta mendukung keterampilan masyarakat. Selain itu, IPM akan dinaikkan menjadi 73,3 persen, IPD menjadi 58,37 persen, dan kontribusi sektor pertanian dan perkebunan terhadap PDRB dapat mengganti tambang dengan target 8,75 persen. “Peningkatan peran sektor pertanian harus dilakukan secara berkesinambungan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif. Fokus pembangunan yang bergeser ke wilayah perdesaan dapat disikapi dengan mempertimbangkan potensi pertanian di setiap desa,” tutupnya. (fs/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait