"Saya tidak ingin buku ini menjadi komoditas, melainkan alat penyadaran,"ujarnya.
Sebagai tindak lanjut memperluas gagasan buku ini, Emir juga merencanakan bedah buku lanjutan di beberapa kampus, termasuk Universitas Mulawarman (UNMUL) dan Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Samarinda. Rencananya saat menjelang peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2025.
Melalui bukunya, Emir Moeis tidak hanya menawarkan wacana alternatif, tetapi juga menghidupkan kembali semangat ideologi khas bangsa Indonesia yang berpihak kepada rakyat kecil.
Hal ini menjadi sebuah upaya untuk mengajak generasi muda berpikir kritis terhadap sejarah, ekonomi, dan arah pembangunan nasional.
"Buku ini bukan sekadar bacaan, tapi alat penyadaran. Kita harus kembali ke akar perjuangan bangsa agar tidak terseret arus neoliberalisme tanpa arah," tutup Emir Moeis.