Kau Sedingin Pelabuhan: Puisi, Kota, dan Kritik Sosial dari Timur

Minggu 18-05-2025,13:27 WIB
Reporter : Salsabila
Editor : Baharunsyah

Pengalaman hidup di Kalimantan Timur sangat memengaruhi karya-karyanya.

"Saya suka menuliskan pengalaman sehari-hari yang sepele. Misalnya menunggu hujan, atau mendengarkan suara kapal malam. Itu jadi materi puisi," ungkapnya.

BACA JUGA:Rancangan Pergub Gratispol Kaltim Masuki Tahap Fasilitasi di Kemendagri

BACA JUGA:Dugaan Tambang Ilegal di Kebun Raya Unmul Samarinda Masih dalam Tahap Penyelidikan Polda Kaltim

Dahri mengaku dipengaruhi banyak nama besar dalam dunia puisi Indonesia. Di antaranya Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, Aslan Abidin, dan Joko Pinurbo. Ia juga terinspirasi dari seni lain seperti musik dan film.

"Ada puisi saya yang mengambil materi dari lagu, misalnya Ave Maria atau lagu-lagu Iwan Fals. Saya menyadari banyak puisi saya yang visual. Dalam puisi itu disebut citraan atau imaji," ungkapnya.

Buku ini menjadi perbincangan di ruang kampus, dengan semangat menyapa pembaca muda. Dahri berharap kehadiran Kau Sedingin Pelabuhan turut memantik minat generasi muda terhadap puisi.

Ia menyebut beberapa nama penyair muda Kaltim. Seperti Novan Leany, Andria Spetu, dan Kristal Firdaus yang turut memeriahkan dunia literasi lokal.

BACA JUGA: REI Targetkan Bangun 1 Juta Rumah, Balikpapan Jadi Lokasi Prioritas Investasi Properti

"Puisi masih sangat relevan sebagai medium kritik atau refleksi sosial. Ada ide yang hanya bisa sampai dengan jalan puisi. Lihat saja puisi-puisi yang memenangkan Hadiah Nobel," imbuh Dahri.

Ia pun menyoroti tantangan sebagai penyair dari daerah, terutama dari Kalimantan Timur.

"Tantangannya dari Kaltim sendiri. Saya ingin buku saya dibeli sebanyak-banyaknya oleh orang Kaltim," katanya sambil tertawa.

Meski demikian, bagi Dahri  keberhasilan menembus penerbit nasional seperti Basa-Basi, adalah pencapaian penting.

"Itu sudah jadi standar sederhana bahwa buku saya diterima," sambungnya.

Dari Mandar ke Samarinda
Dahri bukan asli Kaltim. Ia lahir dan besar di Pambusang, sebuah desa pesisir di Sulawesi Barat. Namun sejak 2018, ia resmi menjadi warga Samarinda.

BACA JUGA:Samarinda dan Kukar Sarang Preman, Polda Kaltim Ungkap 27 Kasus Premanisme Selama Dua Pekan

Kategori :