Lela Jamilah memegang nutrisi hidroponik miliknya. (ist) Metode menanam hidroponik kini memang ramai diminati. Seperti Lela Jamilah dan suaminya Arief Rahmadani, yang menjadikannya sebagai hobi. Namun siapa sangka, hobinya itu kini menjadi pundi-pundi rupiah. -------------------------------------------- Keterbatasan akan nutrisi tanaman hidroponik di Samarinda, membuat Lela dan suaminya mulai meracik sendiri nutrisi yang dibutuhkan untuk tanaman mereka. "Sebelumnya beberapa kali beli nutrisi di Jogja. Cuma kan kesulitan bawanya dibagasi. Akhirnya kenapa nggak bikin sendiri aja. Berkali-kali trial and error. Akhirnya jadi," kata Lela menceritakan kisahnya, Jumat (24/1). Lela mengaku, sejak awal ia tidak berorientasi untuk bisnis. Semua dilakukan berdasarkan hobi menanam dan berhasrat mendalami ilmu tentang hidroponik. Meluncurkan produk nutrisi hidroponik sendiri pun awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan tanaman. "Ketika nutrisi ini berhasil, baru kemudian ada keinginan untuk mengembangkan lagi. Sekaligus menjawab kebutuhan pasar akan produk nutrisi hidroponik," terang ibu dua anak ini. Akhirnya ia memulai bisnisnya pada Maret 2018. Produk nutrisinya diberi nama Etam Nutrisi Hidroponik. Nama Etam dipilih untuk menunjukkan ini adalah produk lokal. Lela menjelaskan racikan produk nutrisinya disesuaikan dengan iklim lokal dan bisa di-custom sesuai kebutuhan dan permasalahan petani. "Kendala kita, di sini kan dataran rendah. Cuaca luar biasa panas. Kita aja berdiri saat terik nggak tahan, apalagi tanaman. Nah, di situ nutrisi bekerja," jelas Lela, alumni Fakultas Kehutanan Unmul ini. Komposisi Etam Nutrisi diformulasi oleh unsur yang diperlukan tanaman. Seperti magnesium, fosfor, kalium, kalsium, dan zink. Nutrisi tanaman hidroponik ini berbentuk serbuk dan butiran kecil. Satu kemasan, terbagi dalam set A dan B. Masing-masing dilarutkan di air. Begitu berupa cairan boleh disatukan. Dapat diaplikasikan di media tanaman hidroponik maupun tanaman di tanah. Etam Nutrisi tersedia dengan berbagai varian. Di antaranya adalah varian sayuran daun umum, sayuran buah umum, sayuran daun khusus seperti mint, selada, dan kembang kol. Sayuran buah khusus seperti tomat, cabai, dan paprika. Serta varian untuk tanaman bunga dan buah-buahan. "Ukurannya juga beda-beda. Ada yang 1 liter, 5 liter, dan 10 liter," sebut Lela. Harga pun beragam. Mulai Rp 25 ribu, Rp 80 ribu hingga Rp 130 ribu. Pengemasan dilakukan di rumah. Dengan produksi sekitar 200 set per bulan. Lela menyebut, ia bisa mendapat omzet di atas Rp 30 juta dari bisnis rumahan ini. Lela memasarkan produknya secara online melalui market place. Dan sistem reseller. Ia sudah memiliki reseller yang tersebar tujuh kota. Antara lain Balikpapan, Tenggarong, Bontang, Sangatta, Tanjung, Palangkaraya, Samarinda. Pelanggannya pun berasal dari berbagai daerah. Termasuk Aceh dan Papua. Lela pun mengimbau khususnya kepada masyarakat kota, untuk dapat mengembangkan budidaya tanaman hidroponik. Karena dapat berkontribusi terhadap lingkungan dengan menghemat penggunaan air hampir 90 persen. Serta dapat memanfaatkan lahan yang sempit dan tidak kenal musim. Lela juga melakukan kerjasama dengan 15 kelompok tani hidroponik. Tujuannya, untuk menebar manfaat yang sama dalam mendapatkan kualitas terbaik dari tanaman hidroponik. Lela berharap ke depan, produknya bisa semakin besar dan dikenal di seluruh Indonesia. (krv/eny)
Berawal dari Hobi, Kini Punya Reseller sampai Aceh dan Papua
Senin 27-01-2020,23:25 WIB
Editor : Benny
Kategori :